11/22/2021

Keindahan Amphiteater Panenjoan, Bunker Jepang Waluran, dan Pantai Ujung Genteng | Explore Geopark Ciletuh Part. 2

 

Pemandangan Indah dari Amphitheater Panenjoan by Cita


Halo semuanyaaa. Yuk kita lanjut cerita explore Ciletuh. Sebelumnya gue udah nulis persiapan kita sebelum berangkat ke Ciletuh di sini. Buat yang belum baca, gue saranin buat baca part 1 dulu, ya, biar kenal tokoh, dan proses perjalanan kita sampai di Ciletuh. 


Lanjuttt….


DISCLAIMER: PLEASE DO NOT TAKE OUR PICTURES UNLESS YOU GIVE US THE CREDIT AND ASKING US FOR THE PERMISSION FIRST. THANK YOU.


AMPHITHEATER PANENJOAN


Hari pertama sampai di Ciletuh, kita langsung hunting foto dan video di lokasi wisata yang pertama. Karena baru pada siap berangkat setelah jam 1 siang, akhirnya kita sampai di lokasi sekitar jam setengah 3 sore. Dan lokasi wisata pertama kita adalah Amphitheater Panenjoan. Lokasi pertama ini dipilih oleh tour guide kita, Kang Asep, karena lokasi ini adalah yang paling dekat dengan penginapan kita. Lokasi Amphitheater Panenjoan berada di pinggir jalan provinsi, ruas Tamanjaya - Palangpang. Di sini, kita bisa melihat dengan jelas pemandangan di bawah berupa sawah, bukit, dan kalau mata kalian jeli, kalian juga bisa melihat pinggiran pantai di ujung mata memandang.


Papan Nama Amphitheater Panenjoan by Cita



Pemandangan dari Amphitheater Panenjoan by Ridho



Dilansir dari sukabumiupdate.com, pemandangan indah di bawah adalah pemandangan dari Desa Mekarsakti, Ciwaru, Mandrajaya, Mekarjaya, Ciemas, dan Girimukti. Di Amphiteather Panenjoan ini, lahan parkirnya lumayan luas, dan juga terdapat saung dan warung untuk kita bersantai sambil minum teh atau kopi dengan pemandangan yang menyejukkan mata dan hati. Gue pribadi, yang hampir gak pernah lihat pemandangan kayak gini rasanya senenggg banget. Adem banget suasananya. Gue cuma bilang “wah keren. Wah keren banget. Wahhh keren gilaaa,”. Cuci mata di sini betul-betul worth it banget. Yaampun kangen banget, deh jadinya.


Pemandangan dari Amphitheater Panenjoan by Ridho



Area Parkir Amphitheater Panenjoan by Cita


BUNKER JEPANG WALURAN


Setelah ambil foto dan video, serta memanjakan mata di Amphiteather Panenjoan, lanjut jalan lagi, nih, kita. Lokasi berikutnya adalah Bunker Jepang Waluran. Nah, sebelumnya, Bunker Jepang Waluran ini gaada di list tempat wisata yang udah kita bikin, tapi, karena Kang Asep nyaranin kita buat ngunjungin lokasi ini, disamping karena ini tempat unik dan bersejarah, dan kebetulan satu jalur dari Amphiteather Panenjoan, jadilah kita berkunjung ke sini. Bunker Jepang Waluran berlokasi di Kampung Pinangjajar jalan raya Waluran jampang Kulon, Desa Sukamukti.


Papan Nama Bunker Jepang Waluran by Ridho



Bunker Jepang Waluran dilihat dari bawah by Cita

Tidak banyak informasi yang bisa kita dapatkan dari sini, kecuali informasi bahwa Bunker ini dibuat sekitar tahun 1942 oleh tentara Jepang, yang difungsikan sebagai pos pengintaian untuk antisipasi serangan dari musuh. Pada 2015, Bunker ini juga terancam dibongkar, lho. Tapi Alhamdulillah sampai saat ini Bunker masih berdiri kokoh di tempatnya. Ukuran panjang Bunker ini sekitar 12 meter, dengan tinggi terowongan kurang lebih 4 meter. Kalau mau masuk ke dalam terowongan, kita harus naik tangga dulu yang sedikit curam, tapi gak begitu berbahaya kok untuk dijajaki orang dewasa.


Tangga Untuk Akses Naik Turun ke Bunker by Cita 


Sampai di atas, kita bisa lihat pemandangan di bawah. Bunker ini bentuknya kotak, dengan ruang-ruang sempit di dalamnya beserta lubang-lubang jendela kecil yang gue asumsikan adalah untuk tentara Jepang mengintip keluar, atau untuk mengacungkan  pistol panjangnya keluar. Tidak seperti Bunker-Bunker lain yang biasanya diselimuti hawa mistis, di sini, kita gak merasakan itu sama sekali. Kita bareng-bareng malah enjoy keliling-keliling Bunker untuk cari spot foto. Bunker ini dikelilingi oleh banyaknya ilalang, dan sayang banget, kita juga menemukan beberapa sampah yang tertinggal mungkin oleh pengunjung sebelumnya di dalam Bunker. Tentu saja hal ini gaboleh ditiru, ya. Kita harus menjaga peninggalan sejarah kita agar selalu terawat, supaya masih bisa menjadi tempat wisata yang mengandung edukasi untuk keturunan kita di masa mendatang. Setelah puas keliling Bunker, kita langsung turun lagi. Tidak lama kita explore di sini, karena lokasinya yang tidak begitu luas, sehingga tidak perlu waktu lama untuk bisa mengelilingi Bunker Jepang ini.


Tampak Depan Bunker Waluran by Cita



Salah Satu Lubang Untuk Pengintaian di Bunker Waluran by Ridho



Pemandangan dari Atas Area Bunker Waluran by Cita



Pemandangan dari Atas Bunker Waluran by John 


Lokasi selajutnya adalah lokasi wisata favorit gue selama kita 2 hari di Ciletuh. Bisa tebak? Gue kasih beberapa detik buat nebak, yuk. Stop scrolling dulu!!! Ayo tebak dulu. Hehehe. 

.

.

.

.


Jadiii, lokasi wisata favorit gue ini adalah ...


PANTAI UJUNG GENTENG


Yeayyy. Ada yang tebakannya benar? Hihihi, just for fun, ya. To be honest gue excited banget nulis ini. Kalian tahu rasanya menggebu-gebu gitu, gak, sih? Antara kangen ingin ke sana lagi, juga excited ingin kasih tau kalian semua yang baca iniiii.


So, Pantai Ujung Genteng ini berlokasi di Desa Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kurang lebih kita memakan waktu setengah jam dari Bunker Jepang Waluran sampai di Pantai Ujung Genteng. Kurang lebih jam 5 sore, kita sampai di Pantai Ujung Genteng. Tidak lupa, sebelum masuk kita sholat ashar dulu. Di dekat parkiran mobil terdapat musholla dan toilet untuk buang air dan berwudhu. Alhamdulillah saat itu kita masih kuat puasa sampai maghrib. Nah, setelah sholat, kita lanjut masuk ke pantainya. Sebelum masuk pantai, ternyata ada penangkaran penyu, lho. Tapi sayangnya, waktu kita datang, lagi gaada aktifitas di penangkaran penyu tersebut. Kita juga tidak melihat adanya penyu-penyu di situ. Penangkaran sangat sepi, mungkin karena sedang bulan puasa, ataupun karena hari sudah sore, dan bertepatan juga tidak ada jadwal pelepasan penyu-penyu ke laut. Sayang banget, ya. Tapi kita bisa motret lokasi sementara penyu sebelum dilepaskan ke laut. Tempatnya berupa kotak yang dikelilingi oleh pagar sebagai pembatas.


Tempat Penangkaran Penyu by Ridho



Tempat Penangkaran Penyu by Ridho


Dari lokasi penangkaran penyu, kita harus melewati sedikit jalan kecil yang dikelilingi oleh semacam hutan kecil di kanan kirinya, hingga sampailah kita di Pantai Ujung Genteng, yeayyyy. Saat itu, gue sudah lama banget gak ke pantai. Gue senang banget, ditambah saat itu pantai lumayan sepi pengunjung. Wahhh benar-benar surga duniaaaa. Para cewek-cewek jelas saja terdistract dari yang harusnya ambil gambar pantai, jadi ambil foto-foto sendiri. Pantai Ujung Genteng ini memiliki ciri khas pasirnya yang berwarna putih, cantikkk banget. Saat itu ombaknya tidak begitu besar, jadi kita bisa main-main di bibir pantai tanpa rasa khawatir. Di sana, kita main-main pasir, kubur-kuburan sendal sampai bingung nyariin sendal gak ketemu, lari-larian, foto-foto, cari kerang, cari batu pantai. I was so so so excited at that time. I felt like I don’t wanna go home, lol.


Jalan Kecil Menuju ke Pantai Ujung Genteng by Ridho



Pesona Pantai Ujung Genteng Dengan Pasir Putihnya by Cita




Bibir Pantai Ujung Genteng by Ridho



Pengunjung di Pantai Ujung Genteng by Ridho


Tidak terasa, adzan maghrib berkumandang, dan waktunya berbuka puasa. Dan guess what, kita gak pegang makanan sama sekali karena dari awal gak expect bakal buka puasa di pantai gini. Tapi Alhamdulillahnya, kita batalin pakai bengbeng yang waktu itu dibawa Nia. Alhamdulillah. Kalau minumnya gue lupa, deh waktu itu minum dari mana, ya. Sembari buka puasa, kita juga menikmati sunset. Sungguh pengalaman yang gak akan gue lupakan seumur hidup. Cari tugas bareng-bareng sekalian liburan. Buka puasa dengan bengbeng ditemani kawan-kawan, sunset, pasir putih, dan gulungan ombak yang tenang. It was one of my best life. Sumpah, gue kangen banget. Hehehe.


John di Pinggir Pantai Ujung Genteng by Ridho

2 Pengunjung di pinggir Pantai Ujung Genteng by Ridho



Sunset di Pantai Ujung Genteng by Ridho



Dokumentasi Pribadi



Kurang lebih sampai jam 6 sore kita di Pantai Ujung Genteng, dan pantai ini jadi lokasi wisata penutup kita untuk hari pertama di Ciletuh ini. Pulang dari pantai, karena lapar belum buka puasa dengan makanan yang benar, Kang Asep mengajak kita untuk makan di salah satu restoran milik kerabatnya. Di sana kita makan ikan macem-macem, dan juga dengan menu lainnya. Sayangnya gue lupa banget nama restorannya apa, lokasinya di mana, dan menunya apa aja. Waktu itu gue terlalu excited untuk makan ikan yang langsung diambil dari laut, jadi gak sempat untuk mengabadikan momentnya. Huhuhu. Sebelum makan, tidak lupa kita sholat maghrib dulu, Alhamdulillah segar banget walaupun kia belum mandi, hihihi. Oiya, waktu itu kita pilih ikannya sendiri, lho. Ikannya besar banget. Gue lupa banget itu ikan tuna atau salmon, ya. Huhuhu. Ikannya dibakar dan nikmattt banget. Masya Allah. Nikmat mana lagi yang kau dustakan.


Setelah kami semua kenyang, tour guide kita Kang Asep kenyang, kucing-kucing liar di sekitar situ juga ikut kenyang, kita bayar makanannya (dan lagi-lagi gue lupa totalnya berapa. I am so sorry.), kita langsung pulang karena badan udah remuk banget pingin mandi dan rebahan langsung di kasur. Sampai di penginapan, kita langsung mandi, deh. Segerrr banget. Setelah mandi, bercengkrama sebentar di kamar sesama cewek-cewek, sholat isya, dan gak lupa pasang alarm untuk bangun sahur. Waktu itu, yang sahur hanya yang cewek-cewek aja (kecuali Joan karena dia lagi haid), sssttt, jangan bilang-bilang kalau anak-anak cowoknya ga ikut puasa, ya. Hehehe. Gue cuma bisa memaklumi memang perjalanan di waktu siang sangat melelahkan apalagi kalau lagi puasa, ditambah Bang Ridho yang harus nyetir seharian. Kita doakan saja semoga di hari lain, mereka gak lupa bayar hutang puasanya, yaaa. Aamiin.


Oiya, gue, Fifah, dan Nia bangun bertiga sekitar jam 3 pagi. Pagi itu, menu sahur kita hanya mie goreng, mie rebus, air teh hangat, dan air bening. Kita bertiga harap, menu sederhana ini bisa bikin kita kuat puasa sampai maghrib lagi. Anyway, suasana sahur di tempat baru memang suka terasa berbeda, ya. Di sana, gue merasakan suasana yang sunyi, tenang, dengan sayup-sayup suara sholawat dan adzan dari masjid yang lokasinya ntah di mana. Beda banget dengan suasana sahur di rumah sendiri yang ramai. Setelah selesai sahur, kita nunggu adzan Shubuh, dan bersiap untuk tidur lagi. Mohon maaf buat yang tidur habis shubuh gausah ditiru, karena kurang baik, ya. Hehehe. Soalnya asli, kita masih capek banget.


Dokumentasi Pribadi


Sekitar jam 7 pagi, kita bangun tidur dan bersiap untuk hunting di hari keduaaa. Yeayyyy. Soooo excited.


Nah, buat cerita kali ini segitu dulu, ya. Cerita hunting kita selanjutnya bakal gue tulis lagi di part 3 biar gak terlalu panjang dan membosankan. Di hari kedua ini, kita mengunjungi lebih banyak tempat wisata karena kita berangkat dari pagi. Tungguin lagi, yaaa.


Buat yang sudah baca sampai sini, gue ucapin terima kasih banyak. Sehat selalu, bahagia selalu. Cheers^^


hihihi




No comments:

Post a Comment