Pemandangan Indah dari Amphitheater Panenjoan by Cita |
Halo semuanyaaa. Yuk kita lanjut cerita explore Ciletuh. Sebelumnya gue udah
nulis persiapan kita sebelum berangkat ke Ciletuh di sini. Buat yang belum baca,
gue saranin buat baca part 1 dulu,
ya, biar kenal tokoh, dan proses perjalanan kita sampai di Ciletuh.
Lanjuttt….
DISCLAIMER: PLEASE DO NOT TAKE OUR PICTURES UNLESS YOU GIVE US THE CREDIT AND ASKING US FOR THE PERMISSION FIRST. THANK YOU.
AMPHITHEATER PANENJOAN
Hari pertama sampai di Ciletuh, kita
langsung hunting foto dan video di
lokasi wisata yang pertama. Karena baru pada siap berangkat setelah jam 1
siang, akhirnya kita sampai di lokasi sekitar jam setengah 3 sore. Dan lokasi
wisata pertama kita adalah Amphitheater
Panenjoan. Lokasi pertama ini dipilih oleh tour guide kita, Kang Asep, karena lokasi ini adalah yang paling
dekat dengan penginapan kita. Lokasi Amphitheater
Panenjoan berada di pinggir jalan provinsi, ruas Tamanjaya - Palangpang. Di
sini, kita bisa melihat dengan jelas pemandangan di bawah berupa sawah, bukit,
dan kalau mata kalian jeli, kalian juga bisa melihat pinggiran pantai di ujung
mata memandang.
Papan Nama Amphitheater Panenjoan by Cita |
Pemandangan dari Amphitheater Panenjoan by Ridho |
Dilansir dari sukabumiupdate.com, pemandangan
indah di bawah adalah pemandangan dari Desa Mekarsakti, Ciwaru, Mandrajaya,
Mekarjaya, Ciemas, dan Girimukti. Di Amphiteather
Panenjoan ini, lahan parkirnya lumayan luas, dan juga terdapat saung dan
warung untuk kita bersantai sambil minum teh atau kopi dengan pemandangan yang
menyejukkan mata dan hati. Gue pribadi, yang hampir gak pernah lihat pemandangan kayak
gini rasanya senenggg banget. Adem banget suasananya. Gue cuma bilang “wah
keren. Wah keren banget. Wahhh keren gilaaa,”. Cuci mata di sini betul-betul worth it banget. Yaampun kangen banget, deh jadinya.
Pemandangan dari Amphitheater Panenjoan by Ridho |
Area Parkir Amphitheater Panenjoan by Cita |
BUNKER JEPANG WALURAN
Setelah ambil foto dan video, serta
memanjakan mata di Amphiteather
Panenjoan, lanjut jalan lagi, nih,
kita. Lokasi berikutnya adalah Bunker
Jepang Waluran. Nah, sebelumnya, Bunker
Jepang Waluran ini gaada di list tempat wisata yang udah kita bikin, tapi, karena Kang Asep
nyaranin kita buat ngunjungin lokasi ini, disamping karena ini tempat unik dan
bersejarah, dan kebetulan satu jalur dari Amphiteather
Panenjoan, jadilah kita berkunjung ke sini. Bunker Jepang Waluran berlokasi di Kampung Pinangjajar jalan raya
Waluran jampang Kulon, Desa Sukamukti.
Papan Nama Bunker Jepang Waluran by Ridho |
Bunker Jepang Waluran dilihat dari bawah by Cita |
Tidak banyak informasi yang bisa
kita dapatkan dari sini, kecuali informasi bahwa Bunker ini dibuat sekitar
tahun 1942 oleh tentara Jepang, yang difungsikan sebagai pos pengintaian untuk
antisipasi serangan dari musuh. Pada 2015, Bunker ini juga terancam dibongkar, lho. Tapi Alhamdulillah sampai saat ini
Bunker masih berdiri kokoh di tempatnya. Ukuran panjang Bunker ini sekitar 12
meter, dengan tinggi terowongan kurang lebih 4 meter. Kalau mau masuk ke dalam
terowongan, kita harus naik tangga dulu yang sedikit curam, tapi gak begitu berbahaya kok untuk dijajaki
orang dewasa.
Tangga Untuk Akses Naik Turun ke Bunker by Cita |
Sampai di atas, kita bisa lihat
pemandangan di bawah. Bunker ini bentuknya kotak, dengan ruang-ruang sempit di
dalamnya beserta lubang-lubang jendela kecil yang gue asumsikan adalah untuk
tentara Jepang mengintip keluar, atau untuk mengacungkan pistol panjangnya keluar. Tidak seperti
Bunker-Bunker lain yang biasanya diselimuti hawa mistis, di sini, kita gak merasakan itu sama sekali. Kita
bareng-bareng malah enjoy
keliling-keliling Bunker untuk cari spot foto.
Bunker ini dikelilingi oleh banyaknya ilalang, dan sayang banget, kita juga menemukan beberapa sampah yang tertinggal mungkin
oleh pengunjung sebelumnya di dalam Bunker. Tentu saja hal ini gaboleh ditiru, ya. Kita harus menjaga
peninggalan sejarah kita agar selalu terawat, supaya masih bisa menjadi tempat
wisata yang mengandung edukasi untuk keturunan kita di masa mendatang. Setelah
puas keliling Bunker, kita langsung turun lagi. Tidak lama kita explore di sini, karena lokasinya yang
tidak begitu luas, sehingga tidak perlu waktu lama untuk bisa mengelilingi
Bunker Jepang ini.
Tampak Depan Bunker Waluran by Cita |
Salah Satu Lubang Untuk Pengintaian di Bunker Waluran by Ridho |
Pemandangan dari Atas Area Bunker Waluran by Cita |
Pemandangan dari Atas Bunker Waluran by John |
Lokasi selajutnya adalah lokasi wisata favorit gue selama kita 2 hari di Ciletuh. Bisa tebak? Gue kasih beberapa detik buat nebak, yuk. Stop scrolling dulu!!! Ayo tebak dulu. Hehehe.
.
.
.
.
Jadiii, lokasi wisata favorit gue ini adalah ...
PANTAI UJUNG GENTENG
Yeayyy. Ada yang tebakannya benar? Hihihi, just for fun, ya. To be honest gue excited banget nulis ini. Kalian tahu rasanya menggebu-gebu gitu, gak, sih? Antara kangen ingin ke sana lagi, juga excited ingin kasih tau kalian semua yang baca iniiii.
So, Pantai Ujung Genteng ini berlokasi di Desa Ujung Genteng,
Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kurang lebih kita memakan waktu
setengah jam dari Bunker Jepang Waluran
sampai di Pantai Ujung Genteng. Kurang
lebih jam 5 sore, kita sampai di Pantai
Ujung Genteng. Tidak lupa, sebelum masuk kita sholat ashar dulu. Di dekat
parkiran mobil terdapat musholla dan toilet untuk buang air dan berwudhu.
Alhamdulillah saat itu kita masih kuat puasa sampai maghrib. Nah, setelah
sholat, kita lanjut masuk ke pantainya. Sebelum masuk pantai, ternyata ada
penangkaran penyu, lho. Tapi
sayangnya, waktu kita datang, lagi gaada
aktifitas di penangkaran penyu tersebut. Kita juga tidak melihat adanya
penyu-penyu di situ. Penangkaran sangat sepi, mungkin karena sedang bulan
puasa, ataupun karena hari sudah sore, dan bertepatan juga tidak ada jadwal
pelepasan penyu-penyu ke laut. Sayang banget,
ya. Tapi kita bisa motret lokasi sementara penyu sebelum dilepaskan ke laut.
Tempatnya berupa kotak yang dikelilingi oleh pagar sebagai pembatas.
Tempat Penangkaran Penyu by Ridho |
Tempat Penangkaran Penyu by Ridho |
Dari lokasi penangkaran penyu, kita harus melewati sedikit jalan kecil yang dikelilingi oleh semacam hutan kecil di kanan kirinya, hingga sampailah kita di Pantai Ujung Genteng, yeayyyy. Saat itu, gue sudah lama banget gak ke pantai. Gue senang banget, ditambah saat itu pantai lumayan sepi pengunjung. Wahhh benar-benar surga duniaaaa. Para cewek-cewek jelas saja terdistract dari yang harusnya ambil gambar pantai, jadi ambil foto-foto sendiri. Pantai Ujung Genteng ini memiliki ciri khas pasirnya yang berwarna putih, cantikkk banget. Saat itu ombaknya tidak begitu besar, jadi kita bisa main-main di bibir pantai tanpa rasa khawatir. Di sana, kita main-main pasir, kubur-kuburan sendal sampai bingung nyariin sendal gak ketemu, lari-larian, foto-foto, cari kerang, cari batu pantai. I was so so so excited at that time. I felt like I don’t wanna go home, lol.
Jalan Kecil Menuju ke Pantai Ujung Genteng by Ridho |
Pesona Pantai Ujung Genteng Dengan Pasir Putihnya by Cita |
Bibir Pantai Ujung Genteng by Ridho |
Pengunjung di Pantai Ujung Genteng by Ridho |
Tidak terasa, adzan maghrib
berkumandang, dan waktunya berbuka puasa. Dan guess what, kita gak pegang
makanan sama sekali karena dari awal gak
expect bakal buka puasa di pantai gini. Tapi Alhamdulillahnya, kita batalin
pakai bengbeng yang waktu itu dibawa Nia. Alhamdulillah. Kalau minumnya gue
lupa, deh waktu itu minum dari mana,
ya. Sembari buka puasa, kita juga menikmati sunset.
Sungguh pengalaman yang gak akan gue
lupakan seumur hidup. Cari tugas bareng-bareng sekalian liburan. Buka puasa
dengan bengbeng ditemani kawan-kawan, sunset,
pasir putih, dan gulungan ombak yang tenang. It was one of my best life. Sumpah, gue kangen banget. Hehehe.
John di Pinggir Pantai Ujung Genteng by Ridho |
2 Pengunjung di pinggir Pantai Ujung Genteng by Ridho |
Sunset di Pantai Ujung Genteng by Ridho |
Dokumentasi Pribadi |
Kurang lebih sampai jam 6 sore kita
di Pantai Ujung Genteng, dan pantai
ini jadi lokasi wisata penutup kita untuk hari pertama di Ciletuh ini. Pulang
dari pantai, karena lapar belum buka puasa dengan makanan yang benar, Kang Asep
mengajak kita untuk makan di salah satu restoran milik kerabatnya. Di sana kita
makan ikan macem-macem, dan juga dengan menu lainnya. Sayangnya gue lupa banget nama restorannya apa, lokasinya
di mana, dan menunya apa aja. Waktu
itu gue terlalu excited untuk makan
ikan yang langsung diambil dari laut, jadi gak
sempat untuk mengabadikan momentnya. Huhuhu. Sebelum makan, tidak lupa kita
sholat maghrib dulu, Alhamdulillah segar banget
walaupun kia belum mandi, hihihi. Oiya,
waktu itu kita pilih ikannya sendiri, lho.
Ikannya besar banget. Gue lupa banget itu ikan tuna atau salmon, ya. Huhuhu. Ikannya dibakar dan nikmattt banget. Masya Allah. Nikmat mana lagi yang
kau dustakan.
Setelah kami semua kenyang, tour guide kita Kang Asep kenyang,
kucing-kucing liar di sekitar situ juga ikut kenyang, kita bayar makanannya
(dan lagi-lagi gue lupa totalnya berapa.
I am so sorry.), kita langsung pulang karena badan udah remuk banget pingin mandi dan rebahan langsung
di kasur. Sampai di penginapan, kita langsung mandi, deh. Segerrr banget.
Setelah mandi, bercengkrama sebentar di kamar sesama cewek-cewek, sholat isya,
dan gak lupa pasang alarm untuk
bangun sahur. Waktu itu, yang sahur hanya yang cewek-cewek aja (kecuali Joan
karena dia lagi haid), sssttt, jangan
bilang-bilang kalau anak-anak cowoknya ga
ikut puasa, ya. Hehehe. Gue cuma
bisa memaklumi memang perjalanan di waktu siang sangat melelahkan apalagi kalau
lagi puasa, ditambah Bang Ridho yang harus nyetir seharian. Kita doakan saja semoga
di hari lain, mereka gak lupa bayar
hutang puasanya, yaaa. Aamiin.
Oiya, gue, Fifah, dan Nia bangun bertiga
sekitar jam 3 pagi. Pagi itu, menu sahur kita hanya mie goreng, mie rebus, air
teh hangat, dan air bening. Kita bertiga harap, menu sederhana ini bisa bikin
kita kuat puasa sampai maghrib lagi. Anyway,
suasana sahur di tempat baru memang suka terasa berbeda, ya. Di sana, gue
merasakan suasana yang sunyi, tenang, dengan sayup-sayup suara sholawat dan
adzan dari masjid yang lokasinya ntah di mana. Beda banget dengan suasana sahur di rumah sendiri yang ramai.
Setelah selesai sahur, kita nunggu adzan Shubuh, dan bersiap untuk tidur lagi.
Mohon maaf buat yang tidur habis shubuh gausah
ditiru, karena kurang baik, ya. Hehehe.
Soalnya asli, kita masih capek banget.
Dokumentasi Pribadi |
Sekitar
jam 7 pagi, kita bangun tidur dan bersiap untuk hunting di hari keduaaa. Yeayyyy.
Soooo excited.
Nah,
buat cerita kali ini segitu dulu, ya. Cerita hunting kita selanjutnya bakal gue tulis lagi di part 3 biar gak terlalu panjang dan membosankan. Di hari kedua ini, kita
mengunjungi lebih banyak tempat wisata karena kita berangkat dari pagi. Tungguin
lagi, yaaa.
Buat
yang sudah baca sampai sini, gue ucapin terima kasih banyak. Sehat selalu,
bahagia selalu. Cheers^^
No comments:
Post a Comment