6/11/2020

Nasionalisme Jangan Sampai Hilang

June 11, 2020 0

 

osccdn.medcom.id

Saat ini, Televisi atau TV merupakan media visual yang paling ampuh dalam ‘memperkenalkan’ hal-hal baru kepada para penontonnya. Tanpa ada istirahat, selama 24 jam TV berhasil menyuguhkan tayangan-tayangan menarik, bermanfaat, menghibur serta tayangan yang berhasil membius serta merubah pandangan para penontonnya. Tentu saja TV mempunyai manfaat positif serta negatif. Manfaat positifnya sudah jelas disebutkan di atas, seperti menghibur penonton dengan tayangan lawaknya. Bermanfaat bagi penonton seperti tayangan kuis pengetahuan, juga tayangan mengenai banyaknya kekayaan Indonesia yang bisa di explore. Menarik seperti sinetron, sitkom, atau acara musik. Lalu tayangan yang bisa merubah pandangan seseorang, seperti tayangan beberapa stasiun TV pada masa pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2014 lalu. Masyarakat jadi bisa menentukan pilihannya masing-masing berdasarkan tayangan TV tersebut yang memang secara tidak langsung menarik atau menghasut masyarakat untuk memilih salah satu calon presiden dan wakilnya.


Dampak negatifnya pun tidak sedikit. Contohnya adalah berkurangnya jam belajar bagi pelajar yang tidak mau ketinggalan tayangan faforitnya seperti kartun ataupun sinetron. Dalam kasus ini, sebaiknya orangtua menerapkan jam khusus untuk menonton TV dan belajar agar si anak tidak terlalu sering menonton TV. Contoh lainnya yaitu berkurangnya rasa nasionalis penonton, khususnya para remaja yang memang lebih mudah terpancing rasa ingin tahunya oleh tayangan-tayangan TV, terutama tayangan yang diadaptasi bahkan dibeli oleh stasiun TV Indonesia dari luar Negeri.


Tidak dapat dipungkiri lagi, jika kita menengok ke awal-awal tahun 2008 sampai sekarangpun, masih sangat banyak tayangan-tayangan asal Negeri orang yang berhasil memberikan warna tersendiri bagi pertelevisian Indonesia. Sebut saja Drama Taiwan, Korea, lalu India, serta yang paling anyar yaitu Turki. Drama ataupun sinetron mereka memang punya ciri khas tersendiri yang membuat masyarakat Indonesia khususnya para remaja dan kaum ibu-ibu tidak bosan-bosannya menunggu episode selanjutnya. Ditambah pula jam tayang drama luar negeri tersebut memang dijadwalkan pada jam-jam untuk bersantai ataupun primetime membuat para penikmat drama luar negeri tersebut seakan-akan dimanja oleh stasiun TV dan mulai menggenggam erat-erat remot TV tanpa ada yang boleh mengambilnya sampai tayangan tersebut selesai.


Yang paling parah adalah ketika masa-masa berjayanya drama Korea. Sekitar tahun 2008 sampai 2012. Ketika salah satu stasiun TV mulai menayangkan satu drama Korea dan mendapatkan rating tinggi, stasiun TV lain beramai-ramai ikut menyuguhkan tayangan Negara yang terkenal dengan ginsengnya tersebut. Akibatnya, hampir setiap waktu, remaja Indonesia membuang-buang waktunya untuk menonton satu drama Korea di TV satu, lalu lanjut menonton drama berikutnya di stasiun TV dua. Tidakkah hal tersebut sangat memprihatinkan?


Berdasarkan pengalaman pribadi, remaja yang sudah mulai menggandrungi drama Korea tidak lantas puas dengan menonton drama Korea pada TV saja. Mereka lalu mulai mencari tahu siapakah aktris dan aktornya, apakah judul lagu soundtracknya, lalu siapakah penyanyinya, dan seterusnya sampai akhirnya mereka paham dan khatam mengenai satu drama tersebut. Peran internet pun menjadi sangat penting karena para remaja mencari tahu informasi-informasi tersebut melalui internet.


Tidak hanya drama, mereka yang istilahnya sudah terlanjur penasaran lantas mencari tahu tentang hal-hal berbau Korea lainnya seperti boyband, girlband, musik Korea, aktor dan aktris lain, variety show, reality show, makanan khas, pakaian khas bahkan sampai kebudayaan khas Korea. Hal-hal tersebutlah yang membuat para remaja kehilangan rasa nasionalisme terhadap Negaranya sendiri.


Kpopers  adalah sebutan bagi mereka pecinta hal apapun yang berbau Korea. Akronim dari Korean Pop Lovers  tersebut sudah sangat lumrah didengar oleh sebagian masyarakat Indonesia karena memang keberadaan kpopers di Indonesia semakin lama semakin banyak. Mereka dengan sangat mudah bertambah karena mereka mempunyai medianya sendiri untuk meluapkan rasa cinta mereka kepada hal-hal berbau Korea. Sebut saja TV, lalu media social  seperti twitter, facebook, blog, instagram  dan lain sebagainya. Mereka membuat semacam fanbase yang adminnya secara gratis memberikan informasi mengenai Korea, khususnya idola mereka.


Itulah yang membuat para kpopers lebih membanggakan atau menyukai Negara Korea dibandingkan Negaranya sendiri. Mereka lebih suka lagu bahasa Korea atau kpop untuk didengar. Lebih suka drama Korea yang memang actor serta aktrisnya dibekali kemampuan acting yang baik serta wajah yang sempurna untuk ditonton. Lebih tertarik dengan makanan khas Korea dibanding makanan khas Indonesia untuk dimakan. Serta lebih tertarik dengan kebudayaan khas Korea dibandingkan dengan kebudayaan khas Indonesia.


Menyukai atau mengagumi adalah hak seseorang. Namun sebaiknya kagumlah sewajarnya. Kagumlah pada apa yang seharusnya dikagumi. Janganlah berlebihan apalagi jika hal tersebut tidak ada manfaatnya.


Mencintai Negara orang lain boleh. Asalkan cintailah Negara sendiri terlebih dahulu. Lestarikanlah kebudayaan Negara sendiri dahulu. Banggalah pada kebudayaan Negara sendiri dahulu. Karena kalau bukan generasi remaja saat ini yang bangga dan melestarikannya, siapa lagi yang bisa diandalkan ?