osccdn.medcom.id |
Saat ini, Televisi
atau TV merupakan media visual yang paling ampuh dalam ‘memperkenalkan’ hal-hal
baru kepada para penontonnya. Tanpa ada istirahat, selama 24 jam TV berhasil
menyuguhkan tayangan-tayangan menarik, bermanfaat, menghibur serta tayangan
yang berhasil membius serta merubah pandangan para penontonnya. Tentu saja TV mempunyai
manfaat positif serta negatif. Manfaat positifnya sudah jelas disebutkan di
atas, seperti menghibur penonton dengan tayangan lawaknya. Bermanfaat bagi
penonton seperti tayangan kuis pengetahuan, juga tayangan mengenai banyaknya
kekayaan Indonesia yang bisa di explore.
Menarik seperti sinetron, sitkom, atau acara musik. Lalu tayangan yang bisa
merubah pandangan seseorang, seperti tayangan beberapa stasiun TV pada masa
pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2014 lalu. Masyarakat
jadi bisa menentukan pilihannya masing-masing berdasarkan tayangan TV tersebut
yang memang secara tidak langsung menarik atau menghasut masyarakat untuk
memilih salah satu calon presiden dan wakilnya.
Dampak negatifnya pun
tidak sedikit. Contohnya adalah berkurangnya jam belajar bagi pelajar yang
tidak mau ketinggalan tayangan faforitnya seperti kartun ataupun sinetron.
Dalam kasus ini, sebaiknya orangtua menerapkan jam khusus untuk menonton TV dan
belajar agar si anak tidak terlalu sering menonton TV. Contoh lainnya yaitu
berkurangnya rasa nasionalis penonton, khususnya para remaja yang memang lebih
mudah terpancing rasa ingin tahunya oleh tayangan-tayangan TV, terutama
tayangan yang diadaptasi bahkan dibeli oleh stasiun TV Indonesia dari luar
Negeri.
Tidak dapat
dipungkiri lagi, jika kita menengok ke awal-awal tahun 2008 sampai sekarangpun,
masih sangat banyak tayangan-tayangan asal Negeri orang yang berhasil
memberikan warna tersendiri bagi pertelevisian Indonesia. Sebut saja Drama
Taiwan, Korea, lalu India, serta yang paling anyar yaitu Turki. Drama ataupun
sinetron mereka memang punya ciri khas tersendiri yang membuat masyarakat
Indonesia khususnya para remaja dan kaum ibu-ibu tidak bosan-bosannya menunggu
episode selanjutnya. Ditambah pula jam tayang drama luar negeri tersebut memang
dijadwalkan pada jam-jam untuk bersantai ataupun primetime membuat para penikmat drama luar negeri tersebut
seakan-akan dimanja oleh stasiun TV dan mulai menggenggam erat-erat remot TV
tanpa ada yang boleh mengambilnya sampai tayangan tersebut selesai.
Yang paling parah
adalah ketika masa-masa berjayanya drama Korea. Sekitar tahun 2008 sampai 2012.
Ketika salah satu stasiun TV mulai menayangkan satu drama Korea dan mendapatkan
rating tinggi, stasiun TV lain
beramai-ramai ikut menyuguhkan tayangan Negara yang terkenal dengan ginsengnya
tersebut. Akibatnya, hampir setiap waktu, remaja Indonesia membuang-buang
waktunya untuk menonton satu drama Korea di TV satu, lalu lanjut menonton drama
berikutnya di stasiun TV dua. Tidakkah hal tersebut sangat memprihatinkan?
Berdasarkan
pengalaman pribadi, remaja yang sudah mulai menggandrungi drama Korea tidak
lantas puas dengan menonton drama Korea pada TV saja. Mereka lalu mulai mencari
tahu siapakah aktris dan aktornya, apakah judul lagu soundtracknya, lalu siapakah penyanyinya, dan seterusnya sampai
akhirnya mereka paham dan khatam mengenai satu drama tersebut. Peran internet
pun menjadi sangat penting karena para remaja mencari tahu informasi-informasi
tersebut melalui internet.
Tidak hanya drama,
mereka yang istilahnya sudah terlanjur penasaran lantas mencari tahu tentang
hal-hal berbau Korea lainnya seperti boyband,
girlband, musik Korea, aktor dan aktris lain, variety show, reality show,
makanan khas, pakaian khas bahkan sampai kebudayaan khas Korea. Hal-hal
tersebutlah yang membuat para remaja kehilangan rasa nasionalisme terhadap
Negaranya sendiri.
Kpopers adalah sebutan bagi mereka pecinta hal apapun
yang berbau Korea. Akronim dari Korean
Pop Lovers tersebut sudah sangat lumrah
didengar oleh sebagian masyarakat Indonesia karena memang keberadaan kpopers di Indonesia semakin lama semakin banyak. Mereka dengan sangat mudah bertambah
karena mereka mempunyai medianya sendiri untuk meluapkan rasa cinta mereka
kepada hal-hal berbau Korea. Sebut saja TV, lalu media social seperti twitter, facebook, blog, instagram dan lain sebagainya. Mereka membuat semacam fanbase yang adminnya secara gratis
memberikan informasi mengenai Korea, khususnya idola mereka.
Itulah yang membuat
para kpopers lebih membanggakan atau
menyukai Negara Korea dibandingkan Negaranya sendiri. Mereka lebih suka lagu
bahasa Korea atau kpop untuk
didengar. Lebih suka drama Korea yang memang actor serta aktrisnya dibekali
kemampuan acting yang baik serta wajah yang sempurna untuk ditonton. Lebih
tertarik dengan makanan khas Korea dibanding makanan khas Indonesia untuk
dimakan. Serta lebih tertarik dengan kebudayaan khas Korea dibandingkan dengan
kebudayaan khas Indonesia.
Menyukai atau
mengagumi adalah hak seseorang. Namun sebaiknya kagumlah sewajarnya. Kagumlah
pada apa yang seharusnya dikagumi. Janganlah berlebihan apalagi jika hal
tersebut tidak ada manfaatnya.
Mencintai Negara
orang lain boleh. Asalkan cintailah Negara sendiri terlebih dahulu.
Lestarikanlah kebudayaan Negara sendiri dahulu. Banggalah pada kebudayaan
Negara sendiri dahulu. Karena kalau bukan generasi remaja saat ini yang bangga
dan melestarikannya, siapa lagi yang bisa diandalkan ?
No comments:
Post a Comment