11/22/2021

Keindahan Amphiteater Panenjoan, Bunker Jepang Waluran, dan Pantai Ujung Genteng | Explore Geopark Ciletuh Part. 2

November 22, 2021 0

 

Pemandangan Indah dari Amphitheater Panenjoan by Cita


Halo semuanyaaa. Yuk kita lanjut cerita explore Ciletuh. Sebelumnya gue udah nulis persiapan kita sebelum berangkat ke Ciletuh di sini. Buat yang belum baca, gue saranin buat baca part 1 dulu, ya, biar kenal tokoh, dan proses perjalanan kita sampai di Ciletuh. 


Lanjuttt….


DISCLAIMER: PLEASE DO NOT TAKE OUR PICTURES UNLESS YOU GIVE US THE CREDIT AND ASKING US FOR THE PERMISSION FIRST. THANK YOU.


AMPHITHEATER PANENJOAN


Hari pertama sampai di Ciletuh, kita langsung hunting foto dan video di lokasi wisata yang pertama. Karena baru pada siap berangkat setelah jam 1 siang, akhirnya kita sampai di lokasi sekitar jam setengah 3 sore. Dan lokasi wisata pertama kita adalah Amphitheater Panenjoan. Lokasi pertama ini dipilih oleh tour guide kita, Kang Asep, karena lokasi ini adalah yang paling dekat dengan penginapan kita. Lokasi Amphitheater Panenjoan berada di pinggir jalan provinsi, ruas Tamanjaya - Palangpang. Di sini, kita bisa melihat dengan jelas pemandangan di bawah berupa sawah, bukit, dan kalau mata kalian jeli, kalian juga bisa melihat pinggiran pantai di ujung mata memandang.


Papan Nama Amphitheater Panenjoan by Cita



Pemandangan dari Amphitheater Panenjoan by Ridho



Dilansir dari sukabumiupdate.com, pemandangan indah di bawah adalah pemandangan dari Desa Mekarsakti, Ciwaru, Mandrajaya, Mekarjaya, Ciemas, dan Girimukti. Di Amphiteather Panenjoan ini, lahan parkirnya lumayan luas, dan juga terdapat saung dan warung untuk kita bersantai sambil minum teh atau kopi dengan pemandangan yang menyejukkan mata dan hati. Gue pribadi, yang hampir gak pernah lihat pemandangan kayak gini rasanya senenggg banget. Adem banget suasananya. Gue cuma bilang “wah keren. Wah keren banget. Wahhh keren gilaaa,”. Cuci mata di sini betul-betul worth it banget. Yaampun kangen banget, deh jadinya.


Pemandangan dari Amphitheater Panenjoan by Ridho



Area Parkir Amphitheater Panenjoan by Cita


BUNKER JEPANG WALURAN


Setelah ambil foto dan video, serta memanjakan mata di Amphiteather Panenjoan, lanjut jalan lagi, nih, kita. Lokasi berikutnya adalah Bunker Jepang Waluran. Nah, sebelumnya, Bunker Jepang Waluran ini gaada di list tempat wisata yang udah kita bikin, tapi, karena Kang Asep nyaranin kita buat ngunjungin lokasi ini, disamping karena ini tempat unik dan bersejarah, dan kebetulan satu jalur dari Amphiteather Panenjoan, jadilah kita berkunjung ke sini. Bunker Jepang Waluran berlokasi di Kampung Pinangjajar jalan raya Waluran jampang Kulon, Desa Sukamukti.


Papan Nama Bunker Jepang Waluran by Ridho



Bunker Jepang Waluran dilihat dari bawah by Cita

Tidak banyak informasi yang bisa kita dapatkan dari sini, kecuali informasi bahwa Bunker ini dibuat sekitar tahun 1942 oleh tentara Jepang, yang difungsikan sebagai pos pengintaian untuk antisipasi serangan dari musuh. Pada 2015, Bunker ini juga terancam dibongkar, lho. Tapi Alhamdulillah sampai saat ini Bunker masih berdiri kokoh di tempatnya. Ukuran panjang Bunker ini sekitar 12 meter, dengan tinggi terowongan kurang lebih 4 meter. Kalau mau masuk ke dalam terowongan, kita harus naik tangga dulu yang sedikit curam, tapi gak begitu berbahaya kok untuk dijajaki orang dewasa.


Tangga Untuk Akses Naik Turun ke Bunker by Cita 


Sampai di atas, kita bisa lihat pemandangan di bawah. Bunker ini bentuknya kotak, dengan ruang-ruang sempit di dalamnya beserta lubang-lubang jendela kecil yang gue asumsikan adalah untuk tentara Jepang mengintip keluar, atau untuk mengacungkan  pistol panjangnya keluar. Tidak seperti Bunker-Bunker lain yang biasanya diselimuti hawa mistis, di sini, kita gak merasakan itu sama sekali. Kita bareng-bareng malah enjoy keliling-keliling Bunker untuk cari spot foto. Bunker ini dikelilingi oleh banyaknya ilalang, dan sayang banget, kita juga menemukan beberapa sampah yang tertinggal mungkin oleh pengunjung sebelumnya di dalam Bunker. Tentu saja hal ini gaboleh ditiru, ya. Kita harus menjaga peninggalan sejarah kita agar selalu terawat, supaya masih bisa menjadi tempat wisata yang mengandung edukasi untuk keturunan kita di masa mendatang. Setelah puas keliling Bunker, kita langsung turun lagi. Tidak lama kita explore di sini, karena lokasinya yang tidak begitu luas, sehingga tidak perlu waktu lama untuk bisa mengelilingi Bunker Jepang ini.


Tampak Depan Bunker Waluran by Cita



Salah Satu Lubang Untuk Pengintaian di Bunker Waluran by Ridho



Pemandangan dari Atas Area Bunker Waluran by Cita



Pemandangan dari Atas Bunker Waluran by John 


Lokasi selajutnya adalah lokasi wisata favorit gue selama kita 2 hari di Ciletuh. Bisa tebak? Gue kasih beberapa detik buat nebak, yuk. Stop scrolling dulu!!! Ayo tebak dulu. Hehehe. 

.

.

.

.


Jadiii, lokasi wisata favorit gue ini adalah ...


PANTAI UJUNG GENTENG


Yeayyy. Ada yang tebakannya benar? Hihihi, just for fun, ya. To be honest gue excited banget nulis ini. Kalian tahu rasanya menggebu-gebu gitu, gak, sih? Antara kangen ingin ke sana lagi, juga excited ingin kasih tau kalian semua yang baca iniiii.


So, Pantai Ujung Genteng ini berlokasi di Desa Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kurang lebih kita memakan waktu setengah jam dari Bunker Jepang Waluran sampai di Pantai Ujung Genteng. Kurang lebih jam 5 sore, kita sampai di Pantai Ujung Genteng. Tidak lupa, sebelum masuk kita sholat ashar dulu. Di dekat parkiran mobil terdapat musholla dan toilet untuk buang air dan berwudhu. Alhamdulillah saat itu kita masih kuat puasa sampai maghrib. Nah, setelah sholat, kita lanjut masuk ke pantainya. Sebelum masuk pantai, ternyata ada penangkaran penyu, lho. Tapi sayangnya, waktu kita datang, lagi gaada aktifitas di penangkaran penyu tersebut. Kita juga tidak melihat adanya penyu-penyu di situ. Penangkaran sangat sepi, mungkin karena sedang bulan puasa, ataupun karena hari sudah sore, dan bertepatan juga tidak ada jadwal pelepasan penyu-penyu ke laut. Sayang banget, ya. Tapi kita bisa motret lokasi sementara penyu sebelum dilepaskan ke laut. Tempatnya berupa kotak yang dikelilingi oleh pagar sebagai pembatas.


Tempat Penangkaran Penyu by Ridho



Tempat Penangkaran Penyu by Ridho


Dari lokasi penangkaran penyu, kita harus melewati sedikit jalan kecil yang dikelilingi oleh semacam hutan kecil di kanan kirinya, hingga sampailah kita di Pantai Ujung Genteng, yeayyyy. Saat itu, gue sudah lama banget gak ke pantai. Gue senang banget, ditambah saat itu pantai lumayan sepi pengunjung. Wahhh benar-benar surga duniaaaa. Para cewek-cewek jelas saja terdistract dari yang harusnya ambil gambar pantai, jadi ambil foto-foto sendiri. Pantai Ujung Genteng ini memiliki ciri khas pasirnya yang berwarna putih, cantikkk banget. Saat itu ombaknya tidak begitu besar, jadi kita bisa main-main di bibir pantai tanpa rasa khawatir. Di sana, kita main-main pasir, kubur-kuburan sendal sampai bingung nyariin sendal gak ketemu, lari-larian, foto-foto, cari kerang, cari batu pantai. I was so so so excited at that time. I felt like I don’t wanna go home, lol.


Jalan Kecil Menuju ke Pantai Ujung Genteng by Ridho



Pesona Pantai Ujung Genteng Dengan Pasir Putihnya by Cita




Bibir Pantai Ujung Genteng by Ridho



Pengunjung di Pantai Ujung Genteng by Ridho


Tidak terasa, adzan maghrib berkumandang, dan waktunya berbuka puasa. Dan guess what, kita gak pegang makanan sama sekali karena dari awal gak expect bakal buka puasa di pantai gini. Tapi Alhamdulillahnya, kita batalin pakai bengbeng yang waktu itu dibawa Nia. Alhamdulillah. Kalau minumnya gue lupa, deh waktu itu minum dari mana, ya. Sembari buka puasa, kita juga menikmati sunset. Sungguh pengalaman yang gak akan gue lupakan seumur hidup. Cari tugas bareng-bareng sekalian liburan. Buka puasa dengan bengbeng ditemani kawan-kawan, sunset, pasir putih, dan gulungan ombak yang tenang. It was one of my best life. Sumpah, gue kangen banget. Hehehe.


John di Pinggir Pantai Ujung Genteng by Ridho

2 Pengunjung di pinggir Pantai Ujung Genteng by Ridho



Sunset di Pantai Ujung Genteng by Ridho



Dokumentasi Pribadi



Kurang lebih sampai jam 6 sore kita di Pantai Ujung Genteng, dan pantai ini jadi lokasi wisata penutup kita untuk hari pertama di Ciletuh ini. Pulang dari pantai, karena lapar belum buka puasa dengan makanan yang benar, Kang Asep mengajak kita untuk makan di salah satu restoran milik kerabatnya. Di sana kita makan ikan macem-macem, dan juga dengan menu lainnya. Sayangnya gue lupa banget nama restorannya apa, lokasinya di mana, dan menunya apa aja. Waktu itu gue terlalu excited untuk makan ikan yang langsung diambil dari laut, jadi gak sempat untuk mengabadikan momentnya. Huhuhu. Sebelum makan, tidak lupa kita sholat maghrib dulu, Alhamdulillah segar banget walaupun kia belum mandi, hihihi. Oiya, waktu itu kita pilih ikannya sendiri, lho. Ikannya besar banget. Gue lupa banget itu ikan tuna atau salmon, ya. Huhuhu. Ikannya dibakar dan nikmattt banget. Masya Allah. Nikmat mana lagi yang kau dustakan.


Setelah kami semua kenyang, tour guide kita Kang Asep kenyang, kucing-kucing liar di sekitar situ juga ikut kenyang, kita bayar makanannya (dan lagi-lagi gue lupa totalnya berapa. I am so sorry.), kita langsung pulang karena badan udah remuk banget pingin mandi dan rebahan langsung di kasur. Sampai di penginapan, kita langsung mandi, deh. Segerrr banget. Setelah mandi, bercengkrama sebentar di kamar sesama cewek-cewek, sholat isya, dan gak lupa pasang alarm untuk bangun sahur. Waktu itu, yang sahur hanya yang cewek-cewek aja (kecuali Joan karena dia lagi haid), sssttt, jangan bilang-bilang kalau anak-anak cowoknya ga ikut puasa, ya. Hehehe. Gue cuma bisa memaklumi memang perjalanan di waktu siang sangat melelahkan apalagi kalau lagi puasa, ditambah Bang Ridho yang harus nyetir seharian. Kita doakan saja semoga di hari lain, mereka gak lupa bayar hutang puasanya, yaaa. Aamiin.


Oiya, gue, Fifah, dan Nia bangun bertiga sekitar jam 3 pagi. Pagi itu, menu sahur kita hanya mie goreng, mie rebus, air teh hangat, dan air bening. Kita bertiga harap, menu sederhana ini bisa bikin kita kuat puasa sampai maghrib lagi. Anyway, suasana sahur di tempat baru memang suka terasa berbeda, ya. Di sana, gue merasakan suasana yang sunyi, tenang, dengan sayup-sayup suara sholawat dan adzan dari masjid yang lokasinya ntah di mana. Beda banget dengan suasana sahur di rumah sendiri yang ramai. Setelah selesai sahur, kita nunggu adzan Shubuh, dan bersiap untuk tidur lagi. Mohon maaf buat yang tidur habis shubuh gausah ditiru, karena kurang baik, ya. Hehehe. Soalnya asli, kita masih capek banget.


Dokumentasi Pribadi


Sekitar jam 7 pagi, kita bangun tidur dan bersiap untuk hunting di hari keduaaa. Yeayyyy. Soooo excited.


Nah, buat cerita kali ini segitu dulu, ya. Cerita hunting kita selanjutnya bakal gue tulis lagi di part 3 biar gak terlalu panjang dan membosankan. Di hari kedua ini, kita mengunjungi lebih banyak tempat wisata karena kita berangkat dari pagi. Tungguin lagi, yaaa.


Buat yang sudah baca sampai sini, gue ucapin terima kasih banyak. Sehat selalu, bahagia selalu. Cheers^^


hihihi




11/20/2021

Evakuasi Kucing Oyen Barbar | Stuck di antara Tembok

November 20, 2021 2

 

Dokumentasi Pribadi

Selama ini, gue cuma suka baca cerita atau nonton video orang-orang yang mengevakuasi stray cats ataupun kucing pribadinya yang kejepit di tembok, atau kecemplung sumur, atau bahkan naik pohon tapi gabisa turun. Tapi siang tadi, gue ngalamin sendiri. Diawali dengan suara eongan kucing yang gue pikir kucing lagi main-main aja, karena memang biasanya suka begitu. Tanpa pikir panjang, gue abaikan dan gue pergi nemenin ibu gue jaga warung. Sampai di warung, ga lama kemudian tante gue chat di WA kalau ada kucing kejepit di antara tembok belakang gue dan kontrakan di belakang rumah gue. FYI, karena gue tinggal di kampung yang padat penduduk, tembok bagian belakang rumah gue itu dempetan banget sama tembok samping kontrakan belakang, jadi cuma menyisakan gap kurang lebih 10-15 cm. Karena gue penyayang kucing, gak heran kalau tante gue chat gue buat ngabarin dan minta gue untuk ikut nolongin, yang pada saat itu om gue juga lagi bantu nolong si kucing (yang ternyata adalah kucing Oyen) ini buat bisa keluar. Sayangnya segala cara dilakuin om gue dari mulai pakai tali supaya harapannya kucing itu keangkat dengan tali, sampai pakai pipa panjang buat ngedorong kucing  Oyen dari belakang supaya maju. Tapi hasilnya nihil, karena si kucing Oyen betul-betul stuck. Badannya gabisa maju mundur sama sekali.


Gue yang gabisa ninggalin ibu gue cuma bisa harap-harap cemas dari warung. Sempat kepikiran untuk menghubungi pemadam kebakaran, tapi gue mikirin resikonya segala macam. Pasti ujung-ujungnya petugas damkarpun menyarankan untuk bobol tembok karena memang itu satu-satunya cara supaya kucing bisa keluar. Masalahnya adalah sudah diakalin dari depan, belakang, dan atas bener-bener gabisa menyeret si Oyen untuk keluar.





Sekitar jam 2 siang gue pulang ke rumah, dan langsung ke TKP. Dua om gue lagi bingung cari cara lain supaya Oyen bisa keluar tanpa harus bobol tembok. Tapi gue pikir gabakal ada cari lain, sih. Setelah dicek lokasi Oyen, ternyata si Oyen tepat ada di belakang dapur gue. Mau ga mau dinding dapur harus segera dibobol. Setelah minta ijin bapak, dengan syarat tembok harus ditutup lagi, akhirnya dimulailah proses evakuasi.


Om gue mulai bobol tembok dapur gue pakai palu pelan-pelan. Disamping takut kucingnya kena puing-puing juga takutnya tembok dapur gue ambrol semua. Hahaha. Pelan-pelan tembok gue dibobol, si Oyen makin keras mengeong, karena dia merasa kalau temboknya dipukul-pukul palu. Ketika gue pantau keadaan si Oyen, dia tampak makin lemas dan ingus mengucur dari hidungnya, tapi dia gabisa ngelap karena badannya stuck, huhuhu.


Sedikit demi sedikit akhirnya tembok gue bolong, dan sekiranya cukup buat narik Oyen keluar. Akhirnya, si Oyen pun menampakkan kepalanya di lubang itu. Awalnya om gue bantu tarik badannya si Oyen, karena posisi Oyen ada di  bawah satu batako yang di bobol. Setelah mulai ada nafas dan ruang gerak, si Oyen bergerak sendiri cari cara buat bisa keluar. Dan finally si Oyen berhasil keluar yeyyyy.


Dokumentasi Pribadi


Kucing Oyen ini sebetulnya bukan kucing daerah lingkungan rumah gue. Karena tidak seperti kucing lingkungan sini yang setiap hari mondar-mandir, si kucing Oyen ini ga pernah keliatan di sini. Badannya besar, gemuk. Pantas aja gabisa keluar sendiri huhuhu. Lagian ga habis pikir sama oyen,  deh, kenapa bisa-bisanya nyempil di antara 2 tembok sempit gitu. Yah, namanya juga Oyen.


Setelah keluar, si Oyen nampaknya sesak nafas. Nafasnya berat ditambah ingusnya banyak keluar karena Oyen lumayan lama kejepit di situ, kurang lebih 3 jam dia stuck. Badannya kotor kena puing-puing tembok yang tadi bekas dibobol, dan sisanya aman, tidak ada luka-luka di badan si Oyen. Lucunya, setelah dibersihkan badannya, si Oyen ndusel-ndusel ke badan gue, padahal kita gak kenal. Gue anggap itu sebagai ucapan terima kasih si Oyen hehehe. Setelah itu, si Oyen kabur, pulang ke lingkungan asalnya yang kita gatau di mana. Yen, Yen, semoga gak kejepit lagi, ya.


Eitsss, belum selesai sampai situ. Masih ada tembok gue yang bolong, nih. Jadinya, langsung saat itu juga gue nyari semen dan pasir serta batako buat nambal dinding yang bolong. Alhamdulillah semen dikasih sama saudara gue yang kebetulan punya sisa bekas, pasirnya masih ada sisaan bekas bapak gue yang ntah buat nambal apa gue lupa, dan batakonya gue dapat dari puing-puing lingkungan rumah gue situ aja, karena memang suka ada batako ga kepakai. Setelah bikin adonan dari pasir dan semen, tembok gue ditambal lagi oleh om gue. Dan akhirnya, sekitar jam setengah 6 sore semuanya selesai.


Begitulah evakuasi kucing kejepit tembok yang lumayan makan tenaga. Respect buat om-om gue yang sudah berupaya dan berhasil evakuasi si kucing Oyen. Respect juga buat bapak gue yang ngijinin temboknya dibobol. Alhamdulillah sekarang udah kembali seperti semula. Gak lupa juga respect buat ibu gue yang jadi gabisa tidur siang gara-gara Oyen ini. 


Buat yang punya problem yang sama, mau nolongin hewan yang nyangkut atau nyemplung, tapi kalian gabisa karena sendiri, jangan pernah ragu buat hubungiin petugas damkar, ya. Gue yakin mereka cepat bergerak dan akan bersedia membantu. Meskipun gue gajadi panggil damkar karena ada om-om gue yang evakuasi. Tapi kalau kalian sendirian, hubungi saja damkar terdekat dari lokasi kejadian.  


Begitulah cerita hari ini. Menegangkan, melelahkan, tapi lucu juga, ga habis pikir sama si Oyen ini. Si Oyen barbar. Buat yang sudah baca, gue ucapkan terima kasih, ya. Memang tulisan kali ini agak random. I just wanna share you this kinda cute story. hihi. Sehat selalu, bahagia selalu. Cheers^^


11/12/2021

National Father's Day | Story Between Daughter and Father - Tell Me Yours!!

November 12, 2021 0

 

inc.com

My father is kind of a strict father. He is tough, firm, and stiff. He never let his only daughter fall into the wrong way of life. Sometimes, that strict type of him makes me feel restrained, even until now. When he says “No”, it will be forever “No”, no matter what. He is sometimes emotional, judgmental, and said something bad of me. And what can I do after that is only cry. I have no that courage to fight him. He is loud, fierce, and sometimes scold me in our house terrace which our neighbour can hear all what he said, and I was so embarrased. He also sometimes slapped me when I was still a kid. He never said “I love you” to me, or “sorry” to me, or “thank you” to me, or something soft words to me. BUT, you know what? Even thought he “treat” me like that, he is still my best father I have ever had. Once again I tell you, he is the best father.


His kindness to me is way more greater than all what I said before above. I know that he loves me more than anything, but he can’t say it all because we are the type of awkward father and daughter. When I was a kid, I always remember that he always waved his hand to me every time he went to his work. And when he cameback home, he always brought me food if he had more money for that. That habit continues until right now, even until he retired from his job. He still bring me food everytime he saw my favorite food on the street and when had more money. Not so long ago, he just went to the drugstore to bought his routine medicine, and when he cameback home, he brought me Lumpia basah, and I was not even ask him to buy me foods?! And today, just a few hours ago after his Friday pray, he bought me cilok omg. And it’s been already 3 weeks he always bought me food after his Friday pray. Did he forget that I am his 25 years old daughter? Omg, I’m f**ng 25!!! I love him.


Alhamdulillah, I was a child who -let’s say- quite good at recitation. Since I was a kid, I grew up in a family that close to Allah. We are always keep up to a religion. Our house is close to a mosque, and my father is a “mosque person”. He is really good in recite (mengaji). His voice when recite or when he become an “imam” in the mosque is so good, and people admit it. So that he teach me how to recite properly since I was a kid. He also teach me how to Sholat. You know what, when I was in kindergarten, I was the student that can read Quran properly. That time when kindergarten graduation day, I was chosen to be the representative of kindergarten students to recite on stage, and my father watched me from behind. I know he must be proud of me, right?


Dokumentasi Pribadi


Another kindness that I will never forget is he always took me to the school by his red Honda Supra X motorbike. Since I was in elementary school until high school, when it didn't clash with his work shift schedule, he always took me to the school. Even until I went to college and got a job. So at that time I took an employee class in the college, and I got to worked in the morning, and went to college in the evening after work. Every day, every morning my father always took me to the office no matter the weather is hot or even raining. And in the evening, he took me to the Bojong Gede Station which is about 15 km from the office. OMG I’M CRYING !!!!!!!  During Romadhon, he even brought food from home to break the fast on the street after dropping me off at the station. Can you imagine? He even need to go back home after that and it means he have to pass another 15 km to the home. AND SOMETIMES WHEN I COMEBACK FROM COLLEGE I ASK HIM TO PICK ME UP AGAIN IN THE STATION. WHAT KIND OF DAUGHTER AM I? 😢


There was one time. it was raining very hard, but I had to still go to campus because it would affect my attendance. After work, my father still picks me up with his raincoat, and he also brings me one too. And we were raining on motorbikes to the station, 15 km, with the traffic jams, the puddles, and the darkness of the evening because of the heavy rain. On the road I can only be silent and cried. A few days later, my mother told me that, that day my father was also cried because he saw my struggle to still went to college after work, in the heavy rain. GOD, I LOVE MY FATHER SO MUCH. PLEASE MAKES HIM A HAPPY PERSON ALWAYS.


Yeah. That’s it. That’s my father. My only father. There are still so many kindness that he did to me. THERE ARE SO MANY I CAN’T EVEN COUNT. Despite his “bad treatment” to me that I told you in the first pharagraph, for me, it's all nothing compared to his sacrifice and kindness for me and my family. He might be not a best dad in the world. But he is the best dad in my own world. Periodt. 


Dokumentasi Pribadi


At the beginning of this year, my father was diagnosed with diabetes type 2. At that time, we were so sad. He became so weak for almost 3 months and he was hospitalized for almost 2 weeks. Me and my mother was so sad, that was our first time experience something like that. As the only child, I was the one who took care all of his needs in the hospital. My mother became so down, and she got a fever for a week. So I took care of my father in the hospital, and also my mother in the house. But Alhamdulillah it's all have passed. My father has finally recovered and can return to his usual activities even though must continue to consume the medicine until now. Please pray for my parents to always be healthy and live long. I love them so much. I really love them.


Dokumentasi Pribadi


No matter how your parents treat you, they are still your parents. Even if your parents have different religions with you, as long as they don't force you to change your belief, you should even respect them. They are what make you strong until now. Please respect your parents. Love them like they love you when you were a baby. Make them happy with your own way. Believe me, they don’t even ask anything from you. They just want to make you happy with their own way, or with the way that they believe. Forgive them if they hurts you. Forgive them if they treat you in a wrong way. Because only that things that they can do. 


Happy national father's day.


Now, let me know how is your father. Is he the calm type father? Or the strict type father like mine? Tell me your story between you and your father. I would love to hear from you. Reach me out on my social media, or simply comment down below :).


#nb: I'm sorry I think this writing is too sensitive. I hope you still enjoy. Thank you for reading. 

11/11/2021

Persiapan dan Keseruan Perjalanan | Explore Geopark Ciletuh Part. 1

November 11, 2021 1

 

Picture by Ridho

Waktu itu, tahun 2018, gue masih kuliah dan lagi ambil matkul Jurnalistik Media Online. Nah, memasuki akhir semester, dosen matkul ini kemudian menentukan bahwa kelas kita ga ada UAS tertulis seperti biasa, melainkan tugas fotografi dan videografi, yang kemudian hasil foto dan videonya dibuat seperti sebuah website yang berisi informasi-informasi lokasi yang akan kita kunjungi ini. Tugas ini dikerjakan berkelompok dan lokasinya ditentukan oleh dosennya sendiri. Kelompok gue ada 7 orang, dan kita ber-7 dapat lokasi pengambilan foto dan video di Ciletuh. Yup, Geopark Ciletuh, Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Excited? Banget. Karena ini perjalanan jauh, pastinya harus ada persiapan yang matang. Ditambah waktu itu lagi bulan Ramadan. Kita bakal explore Geopark Ciletuh, tengah hari bolong, di bulan Ramadan. Bisa dibayangkan gimana nahan hausnya.


Persiapan Perjalanan ke Ciletuh

Kita ber-7 (Cita, Nia, Afifah, Joan, Maulana, Ridho, John) mulai persiapan dimulai dari cari penginapan, tour guide, konsumsi, cari transportasi (termasuk bensin dan tol), alat-alat teknis (kamera, tripod, laptop, hardisk), serta perlengkapan pribadi. Kita juga harus nentuin ke mana aja lokasi yang mau kita kunjungi. Singkat cerita, akhirnya persiapan hampir selesai. Maulana bertugas mencari penginapan dan sudah dapat lewat instagram. Setelah diskusi, langsung book penginapan tersebut buat kita bermalam. Kemudian untuk transport, kita dapat gratis karena Bang Ridho bersedia bawa mobil pribadinya, dan rela nyetir dari Jakarta ke Ciletuh tanpa pengganti karena anggota lain gaada yang bisa nyetir. We were so thankful to him. Anggota yang punya kamera disarankan bawa. Laptop Maulana yang bawa. Dan uang semuanya Afifah yang atur. Estimasi bensin dan tol, setelah dihitung-hitung kita dapatkan angka Rp900 ribu. Persiapan pun selesai dengan biaya perorang Rp400 ribu rupiah (perlu diingat ini tahun 2018).


Dokumentasi Pribadi


Geopark Ciletuh Telah diakui UNESCO

Dilansir dari wikipedia, Taman Bumi Ciletuh-Palabuhanratu merupakan Geopark Nasional Indonesia yang telah diakui UNESCO pada tahun 2015 silam dan kemudian diusulkan menjadi Geopark Internasional atau Global Geopark Network (GGN) agar diakui UNESCO. Akhirnya, pada 12 April 2018, pada sidang Excecutive board UNESCO, tepat pada Pukul 16.20 WIB atau 11.20 AM waktu Paris Prancis, Ciletuh-Palabuhanratu Geopark sah menyandang predikat Ciletuh-Palabuhanratu GGN.


Ciletuh itu luasnya sekitar 128.000 hektare, dan mencakup 74 Desa di 8 kecamatan, yakni Kecamatan Cisolok, Kecamatan Cikakak, Kota Pelabuhan Ratu, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Waluran, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Ciracap, dan Kecamatan Surade. Uniknya, Geopark Ciletuh ini memiliki bentuk menyerupai tapal kuda (amphitheater) dengan diameter sekitar 15 kilometer yang menghadap ke Teluk Ciletuh. Keindahan alam Ciletuh juga lengkap banget, ada landscape, gunung, air terjun, sawah, ladang, dan berujung di muara sungai ke laut. Dan tauhukah kalian? Kenapa kita harus menentukan dari awal tempat wisata mana saja yang akan kita kunjungi? Alasannya adalah karena keterbatasan waktu yang kita punya, dan juga karena terdapat sebanyak 70 objek wisata di seluruh area Geopark Ciletuh. Woww!! Can you imagine? Setelah mengetahui info ini, makin excited  aja gue waktu itu buat cepat-cepat sampai ke Ciletuh.


Perjalanan ke Ciletuh Beserta Hal-Hal Tak Terduganya

Singkat cerita, kita sampai di hari H keberangkatan. Karena kita mahasiswa kelas karyawan, yang mana paginya harus kerja, jadinya kita berangkat Kamis malam. Beruntungnya, Jumat besoknya itu tanggal merah, jadi kita bisa sampai rumah lagi hari Minggu untuk istirahat sebelum Seninnya harus kerja lagi. Ngumpul di depan kampus tercinta sekitar jam 7 malam. Saat itu lagi bulan puasa, suara imam solat teraweh berkumandang di mana-mana. Dan akhirnya berangkatlah kita ber-7. Ngenggg. Setelah itu, kejadian tidak terduga terjadi. Wkwkwk. Ketika sudah di dalam jalan toll¸ dan kita sudah mau keluar ternyata e-toll punya Nia yang dipakai habis saldonya. Gue lupa persisnya itu jam berapa, pastinya sih tengah malam, dan kita gabisa isi saldo e-toll karena layanannya sudah offline. Di Indomaret gabisa, coba transfer pakai ATM juga gagal. Karena hal itu, pasrahlah kita nunggu di rest area sampai e-toll bisa diisi. Sepanjang nunggu itu, yang lain keluar mobil karena bosan. Tapi gue engga. Gue tidur di mobil. Hahaha. Lalu sekitar pukul 1 pagi, finally saldo e-toll bisa keisi dan kita bisa keluar toll. Plis jangan tanya gue masuk dan keluar di toll mana, karena waktu itu gue serahkan semuanya ke Bang Ridho. Gue cuma duduk manis aja di mobil. Nah, satu lagi yang harus kalian pastiin sebelum berangkat jalan-jalan, atau traveling adalah saldo e-toll. Ini wajib banget dicek dulu. Jangan sampai kejadian kayak kita menimpa kalian. Harus nunggu di rest area tengah malam. Kan jadi buang-buang waktu  jadinya. huhuhu


Awal-awal perjalanan gue tidur pulas di mobil. Gatau kenapa malam itu ngantuk banget. Sampai akhirnya kita mutusin buat sahur sekaligus sholat subuh di musholla (lagi-lagi gue lupa di daerah mana). Nah, di sini sudah mulai pada mabok darat, nih. Maulana mual-mual, sedangkan Nia tidak lepas dari koyonya. Alhamdulillah yang lain masih kuat. Kita semua makan sahur seadanya di teras musholla. Yang penting biar bisa kuat puasa. Setelah sholat subuh, kita lanjut jalan lagi,


Dokumentasi Pribadi (foto saya tutup emoji karena muka bantal semua)


Ketika hari sudah mulai terang, kita sudah masuk ke daerah-daerah Sukabumi, nih. Dan kita sudah mulai disuguhi oleh pemandangan-pemandangan yang keren banget. Hamparan sawah, terasering, gunung, pohon-pohon karet, kebun yang seperti hutan, dll. Ademmm banget. Kita semua jadi lupa, padahal malamnya kita jalan melewati lokasi yang gelap, kanan kiri jurang, dan sepi. Mencekam banget. Hahaha.


Dokumentasi Pribadi



Maafkan Ocehan Kami di belakang


Homestay Kang Boyo

Setelah sudah mulai dekat lokasi penginapan, Maulana menghubungi kontak yang dia dapat dari instagram buat jemput kita. Setelah ketemu orangnya, diantarlah kita ke penginapan/homestaynya. Finally, kita sampai di homestay sekitar jam 8 pagi. First impression gue lihat homestaynya wowww. Ini otentik banget. Rumahnya tipe rumah panggung, dan bangunannya mostly dari kayu dan anyaman bambu. Lantainya juga dari kayu, sehingga kalau kita jalan, akan ada bunyi “ngek ngek”. Eits, tapi jangan salah, kayunya sudah pasti kuat kok. Di dalam homestaynya terdapat 3 kamar tamu, dan 1 kamar pribadi pemilik homestay. Di 3 kamar yang kita tempati, sudah ada kasur bawah masing-masing 2 buah, sekaligus bantal. Kamar pertama diisi oleh Ridho dan John, kamar tengah diisi oleh para perempuan, kamar ketiga diisi sendiri oleh Maulana. Nah, kamar keempat, letaknya tidak berdempetan dengan 3 kamar kami, melainkan ada di dekat toilet. Selain itu, toiletnya ada dua dan  sudah modern, loh. Toilet pertama disertai WC duduk, dan WC jongkok di toilet kedua. Homestay ini juga menyediakan mesin cuci, dapur beserta kompor dan gasnya. Pemilik homestay ini bernama Kang Boyo. Ketika sampai, kita disambut oleh Kang Boyo. Biaya menginap ketika itu, tahun 2018 adalah Rp200 ribu permalamnya. Karena kita dari Kamis hingga Minggu pagi, total biaya Homestay kita adalah Rp600 ribu. Homestay Kang Boyo ini berlokasi di Desa Tamanjaya, Sukabumi. Namanya ”Guay Homestay”. Yang mau mencoba nginap di sini, bisa hubungi nomor WA 0858 6471 8112.


Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi


Setelah unpacking, kita semua langsung teler di kamar masing-masing tanpa mandi dulu. Karena jujur aja, capek banget, ditambah lagi puasa. Apalagi Bang Ridho yang semaleman nyetir. Jam 12 yang cewe-cewe baru bangun tidur, langsung mandi, sholat Zuhur, dan prepare buat hunting. Itupun yang cowoknya susah banget dibangunin. Rencana kita untuk hunting jam 1 siang akhirnya mundur, dan sekalinya bangun, guess what? Mereka bertiga lapar, dan berakhir di bikin mie goreng di dapur. Betul-betul godaan syaiton buat kami para cewek yang masih kuat iman. Ketika lagi pada bikin mie goreng, tour guide kita datang. Namanya Kang Asep. Setelah 3 cowok ini makan dan kenyang, kita langsung cusss hunting ke tempat wisata yang pertama.  


to be continued...


Nah, temen-temen, kayaknya gue bakal bikin cerita explore Ciletuh ini jadi 3 part, deh. Soalnya biar gak bosen bacanya, dan memang banyak banget cerita dari perjalanan kita ini. Jadi, buat lokasi pertama yang kita kunjungi, bakal gue tulis di part 2, ya. Tungguin terusss. 


Buat yang udah baca sampai bawah sini, gue ucapin terima kasih banyak, ya. Sehat selalu, bahagia selalu. Cheers^^