11/11/2021

Persiapan dan Keseruan Perjalanan | Explore Geopark Ciletuh Part. 1

 

Picture by Ridho

Waktu itu, tahun 2018, gue masih kuliah dan lagi ambil matkul Jurnalistik Media Online. Nah, memasuki akhir semester, dosen matkul ini kemudian menentukan bahwa kelas kita ga ada UAS tertulis seperti biasa, melainkan tugas fotografi dan videografi, yang kemudian hasil foto dan videonya dibuat seperti sebuah website yang berisi informasi-informasi lokasi yang akan kita kunjungi ini. Tugas ini dikerjakan berkelompok dan lokasinya ditentukan oleh dosennya sendiri. Kelompok gue ada 7 orang, dan kita ber-7 dapat lokasi pengambilan foto dan video di Ciletuh. Yup, Geopark Ciletuh, Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Excited? Banget. Karena ini perjalanan jauh, pastinya harus ada persiapan yang matang. Ditambah waktu itu lagi bulan Ramadan. Kita bakal explore Geopark Ciletuh, tengah hari bolong, di bulan Ramadan. Bisa dibayangkan gimana nahan hausnya.


Persiapan Perjalanan ke Ciletuh

Kita ber-7 (Cita, Nia, Afifah, Joan, Maulana, Ridho, John) mulai persiapan dimulai dari cari penginapan, tour guide, konsumsi, cari transportasi (termasuk bensin dan tol), alat-alat teknis (kamera, tripod, laptop, hardisk), serta perlengkapan pribadi. Kita juga harus nentuin ke mana aja lokasi yang mau kita kunjungi. Singkat cerita, akhirnya persiapan hampir selesai. Maulana bertugas mencari penginapan dan sudah dapat lewat instagram. Setelah diskusi, langsung book penginapan tersebut buat kita bermalam. Kemudian untuk transport, kita dapat gratis karena Bang Ridho bersedia bawa mobil pribadinya, dan rela nyetir dari Jakarta ke Ciletuh tanpa pengganti karena anggota lain gaada yang bisa nyetir. We were so thankful to him. Anggota yang punya kamera disarankan bawa. Laptop Maulana yang bawa. Dan uang semuanya Afifah yang atur. Estimasi bensin dan tol, setelah dihitung-hitung kita dapatkan angka Rp900 ribu. Persiapan pun selesai dengan biaya perorang Rp400 ribu rupiah (perlu diingat ini tahun 2018).


Dokumentasi Pribadi


Geopark Ciletuh Telah diakui UNESCO

Dilansir dari wikipedia, Taman Bumi Ciletuh-Palabuhanratu merupakan Geopark Nasional Indonesia yang telah diakui UNESCO pada tahun 2015 silam dan kemudian diusulkan menjadi Geopark Internasional atau Global Geopark Network (GGN) agar diakui UNESCO. Akhirnya, pada 12 April 2018, pada sidang Excecutive board UNESCO, tepat pada Pukul 16.20 WIB atau 11.20 AM waktu Paris Prancis, Ciletuh-Palabuhanratu Geopark sah menyandang predikat Ciletuh-Palabuhanratu GGN.


Ciletuh itu luasnya sekitar 128.000 hektare, dan mencakup 74 Desa di 8 kecamatan, yakni Kecamatan Cisolok, Kecamatan Cikakak, Kota Pelabuhan Ratu, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Waluran, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Ciracap, dan Kecamatan Surade. Uniknya, Geopark Ciletuh ini memiliki bentuk menyerupai tapal kuda (amphitheater) dengan diameter sekitar 15 kilometer yang menghadap ke Teluk Ciletuh. Keindahan alam Ciletuh juga lengkap banget, ada landscape, gunung, air terjun, sawah, ladang, dan berujung di muara sungai ke laut. Dan tauhukah kalian? Kenapa kita harus menentukan dari awal tempat wisata mana saja yang akan kita kunjungi? Alasannya adalah karena keterbatasan waktu yang kita punya, dan juga karena terdapat sebanyak 70 objek wisata di seluruh area Geopark Ciletuh. Woww!! Can you imagine? Setelah mengetahui info ini, makin excited  aja gue waktu itu buat cepat-cepat sampai ke Ciletuh.


Perjalanan ke Ciletuh Beserta Hal-Hal Tak Terduganya

Singkat cerita, kita sampai di hari H keberangkatan. Karena kita mahasiswa kelas karyawan, yang mana paginya harus kerja, jadinya kita berangkat Kamis malam. Beruntungnya, Jumat besoknya itu tanggal merah, jadi kita bisa sampai rumah lagi hari Minggu untuk istirahat sebelum Seninnya harus kerja lagi. Ngumpul di depan kampus tercinta sekitar jam 7 malam. Saat itu lagi bulan puasa, suara imam solat teraweh berkumandang di mana-mana. Dan akhirnya berangkatlah kita ber-7. Ngenggg. Setelah itu, kejadian tidak terduga terjadi. Wkwkwk. Ketika sudah di dalam jalan toll¸ dan kita sudah mau keluar ternyata e-toll punya Nia yang dipakai habis saldonya. Gue lupa persisnya itu jam berapa, pastinya sih tengah malam, dan kita gabisa isi saldo e-toll karena layanannya sudah offline. Di Indomaret gabisa, coba transfer pakai ATM juga gagal. Karena hal itu, pasrahlah kita nunggu di rest area sampai e-toll bisa diisi. Sepanjang nunggu itu, yang lain keluar mobil karena bosan. Tapi gue engga. Gue tidur di mobil. Hahaha. Lalu sekitar pukul 1 pagi, finally saldo e-toll bisa keisi dan kita bisa keluar toll. Plis jangan tanya gue masuk dan keluar di toll mana, karena waktu itu gue serahkan semuanya ke Bang Ridho. Gue cuma duduk manis aja di mobil. Nah, satu lagi yang harus kalian pastiin sebelum berangkat jalan-jalan, atau traveling adalah saldo e-toll. Ini wajib banget dicek dulu. Jangan sampai kejadian kayak kita menimpa kalian. Harus nunggu di rest area tengah malam. Kan jadi buang-buang waktu  jadinya. huhuhu


Awal-awal perjalanan gue tidur pulas di mobil. Gatau kenapa malam itu ngantuk banget. Sampai akhirnya kita mutusin buat sahur sekaligus sholat subuh di musholla (lagi-lagi gue lupa di daerah mana). Nah, di sini sudah mulai pada mabok darat, nih. Maulana mual-mual, sedangkan Nia tidak lepas dari koyonya. Alhamdulillah yang lain masih kuat. Kita semua makan sahur seadanya di teras musholla. Yang penting biar bisa kuat puasa. Setelah sholat subuh, kita lanjut jalan lagi,


Dokumentasi Pribadi (foto saya tutup emoji karena muka bantal semua)


Ketika hari sudah mulai terang, kita sudah masuk ke daerah-daerah Sukabumi, nih. Dan kita sudah mulai disuguhi oleh pemandangan-pemandangan yang keren banget. Hamparan sawah, terasering, gunung, pohon-pohon karet, kebun yang seperti hutan, dll. Ademmm banget. Kita semua jadi lupa, padahal malamnya kita jalan melewati lokasi yang gelap, kanan kiri jurang, dan sepi. Mencekam banget. Hahaha.


Dokumentasi Pribadi



Maafkan Ocehan Kami di belakang


Homestay Kang Boyo

Setelah sudah mulai dekat lokasi penginapan, Maulana menghubungi kontak yang dia dapat dari instagram buat jemput kita. Setelah ketemu orangnya, diantarlah kita ke penginapan/homestaynya. Finally, kita sampai di homestay sekitar jam 8 pagi. First impression gue lihat homestaynya wowww. Ini otentik banget. Rumahnya tipe rumah panggung, dan bangunannya mostly dari kayu dan anyaman bambu. Lantainya juga dari kayu, sehingga kalau kita jalan, akan ada bunyi “ngek ngek”. Eits, tapi jangan salah, kayunya sudah pasti kuat kok. Di dalam homestaynya terdapat 3 kamar tamu, dan 1 kamar pribadi pemilik homestay. Di 3 kamar yang kita tempati, sudah ada kasur bawah masing-masing 2 buah, sekaligus bantal. Kamar pertama diisi oleh Ridho dan John, kamar tengah diisi oleh para perempuan, kamar ketiga diisi sendiri oleh Maulana. Nah, kamar keempat, letaknya tidak berdempetan dengan 3 kamar kami, melainkan ada di dekat toilet. Selain itu, toiletnya ada dua dan  sudah modern, loh. Toilet pertama disertai WC duduk, dan WC jongkok di toilet kedua. Homestay ini juga menyediakan mesin cuci, dapur beserta kompor dan gasnya. Pemilik homestay ini bernama Kang Boyo. Ketika sampai, kita disambut oleh Kang Boyo. Biaya menginap ketika itu, tahun 2018 adalah Rp200 ribu permalamnya. Karena kita dari Kamis hingga Minggu pagi, total biaya Homestay kita adalah Rp600 ribu. Homestay Kang Boyo ini berlokasi di Desa Tamanjaya, Sukabumi. Namanya ”Guay Homestay”. Yang mau mencoba nginap di sini, bisa hubungi nomor WA 0858 6471 8112.


Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi


Setelah unpacking, kita semua langsung teler di kamar masing-masing tanpa mandi dulu. Karena jujur aja, capek banget, ditambah lagi puasa. Apalagi Bang Ridho yang semaleman nyetir. Jam 12 yang cewe-cewe baru bangun tidur, langsung mandi, sholat Zuhur, dan prepare buat hunting. Itupun yang cowoknya susah banget dibangunin. Rencana kita untuk hunting jam 1 siang akhirnya mundur, dan sekalinya bangun, guess what? Mereka bertiga lapar, dan berakhir di bikin mie goreng di dapur. Betul-betul godaan syaiton buat kami para cewek yang masih kuat iman. Ketika lagi pada bikin mie goreng, tour guide kita datang. Namanya Kang Asep. Setelah 3 cowok ini makan dan kenyang, kita langsung cusss hunting ke tempat wisata yang pertama.  


to be continued...


Nah, temen-temen, kayaknya gue bakal bikin cerita explore Ciletuh ini jadi 3 part, deh. Soalnya biar gak bosen bacanya, dan memang banyak banget cerita dari perjalanan kita ini. Jadi, buat lokasi pertama yang kita kunjungi, bakal gue tulis di part 2, ya. Tungguin terusss. 


Buat yang udah baca sampai bawah sini, gue ucapin terima kasih banyak, ya. Sehat selalu, bahagia selalu. Cheers^^



1 comment: