1/13/2022

Jelajah Hutan Cipeucang, Pulau Kunti, dan Curug Cimarinjung | Explore Geopark Ciletuh Part. 3

Bebatuan di Pulau Kunti by John


First post in 2022. And this story is gonna be the continuation of the previous Ciletuh’s story. Gue rasa jaraknya kejauhan, ya, dari cerita sebelumnya, hehe. Well, honestly I am quite busy these days, so I just haven’t had time to write yet. It’s kinda like a money debt lol. And now I will pay the debt.


So, di hari kedua ini, akan lebih banyak tempat wisata yang kita kunjungi dibandingkan di hari pertama kemarin, karena kita berkegiatan dari pagi hari.


Dimulai dari gue, Fifah, dan Nia yang habis sahur dan sholat subuh gak langsung tidur lagi, melainkan malah main game online dulu di HP, meskipun lama-lama akhirnya ngantuk juga. Dan akhirnya kita juga yang bangun duluan sekitar jam 07.30 pagi, dan kali ini Joan juga sudah bangun. Setelah kita berempat selesai mandi, anak-anak yang cowok juga bangun dan langsung mandi.


Hari kedua ini kita bersiap-siap hunting mulai sekitar jam 08.30 karena segala “kengaretan” yang kita buat sendiri. Tour guide kita, Kang Asep, juga sudah datang di penginapan menggunakan motornya. Setelah semuanya siap, berangkatlah kita ke lokasi pertama, dengan Kang Asep yang ikut mobil kita, dan motornya ditaruh di home stay.


DISCLAIMER: PLEASE DO NOT TAKE OUR PICTURES UNLESS YOU GIVE US THE CREDIT AND ASKING US FOR THE PERMISSION FIRST. THANK YOU.


MUSEUM KONSERVASI DAN ARBORETUM CILETUH


Museum Konservasi by Maulana Yusuf


Arboretum Ciletuh - Dokumentasi Pribadi


Museum dan Arboretum Ciletuh ini berlokasi di Jalan Taman Jaya 4, Desa Tamanjaya, Ciemas, Sukabum. Menurut Kang Asep ketika itu, museum dan arboretum ini menampilkan gambaran Geopark Ciletuh yang terdiri dari geological diversity, biological diversity, dan culture diversity, yang tujuannya adalah untuk konservasi, edukasi, serta kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.


Papan Informasi Keberagaman Geologi Geopark Ciletuh by Cita


Di dalam museum ini banyak sekali ditampilkan keanekaragaman geologi maupun hayati, lho. Terdapat banyak sekali jenis-jenis batu, stalagtit, stalagmit dengan umur yang sudah amat sangat tua, dan salah satu koleksinya adalah batu Peridotit dengan jenis Batuan Beku Ultra Basa dengan usia lebih dari 65 juta tahun yang lalu. Wowww.


Koleksi Bebatuan Museum Konservasi by Ridho



Batu Peridotit dengan Usia >65 juta tahun by Ridho


Selain bebatuan, museum ini juga menampilkan keaneka ragaman hayati berupa replika hewan-hewan seperti owa jawa, elang jawa, monyet, kupu-kupu, dan lainnya.


Replika hewan-hewan khas Ciletuh di Museum Konservasi by Maulana



Replika Kupu-Kupu di Museum Konservasi by Ridho


Lalu untuk Culture diversity, museum ini menampilkan beberapa kebudayaan tradisional seperti senjata tradisional, lalu ada replika berupa sebuah dapur khas jaman dulu yang kompornya masih menggunakan tungku, serta ada alat musik tradisional juga. Pokonya, di museum ini kita bisa mendapatkan gambaran singkat mengenai Ciletuh.


Replika Dapur Tradisional Khas Sunda di Museum Konservasi by Ridho


Dalam kesempatan ini, kita juga melakukan sesi wawancara dengan ketua PAPSI, Endang Sutisna. Beliau dengan sangat baik dan terbuka menjelaskan kepada kita tujuan PAPSI untuk Ciletuh, kontribusi PAPSI, kebudayaan Ciletuh, dan lainnya. It was an honour for us at that time


Wawancara Tim dengan Ketua PAPSI, Kang Entis/Endang Sutisna by Cita

Beliau menjelaskan, kita bisa berkontribusi membantu Ciletuh melalui PAPSI dengan ikut adopsi pohon dengan biaya satu pohonnya hanya 20 ribu (tahun 2018). Tanpa berpikir panjang, kitapun melakukan adopsi pohon. Dan menurut Kang Entis (nama panggilan Kang Endang Sutisna), setelah satu tahun nanti, pohon tersebut akan diberi nama sesuai nama adopternya. And now, I just wondering, setelah setelah hampir 4 tahun berlalu, sudah sebesar apa pohon yang kita tanam waktu itu, ya? Hehehe.


Proses Penanaman Adopsi Pohon di Area Museum Konservasi Bersama Ketua PAPSI, Kang Entis by John


KAWASAN HUTAN KONSERVASI CIPEUCANG (THE CIPEUCANG CONSERVATION FOREST)


Papan Infomasi Kawasan Hutan Konservasi Cipeucang by Maulana


Setelah selesai hunting kita di Museum Konservasi dan Arboretum, lanjut lagi kita ke destinasi selanjutnya yaitu ke Kawasan Hutan Konservasi Cipeucang. Lokasinya adalah di Desa Mekarsari, Kecamatan Ciemas, Sukabumi. Kang Asep  membawa kita ke sini karena di dalam hutan Cipeucang ini ditemukan Bunga langka khas Indonesia, Rafflesia Patma, yang sayangnya ketika kita kunjungi lokasinya, bunga tersebut masih berupa tunas yang belum mekar. Huhuhu sayang sekali. 


Tunas Rafflesia Patma yang Belum Mekar by Ridho


Lokasi tunas Rafflesia yang kita temui tersebut berada di pinggir jalan raya, lalu kita masuk sedikit ke hutan Cipeucang yang jalannya berupa sedikit turunan –yang lumayan membuat cewek-cewek susah untuk turun, hehe-. Nah, tidak jauh dari jalur setapak  tersebut, tunas Rafflesia menempel di akar pohon yang menjadi inangnya.


Jalan Kaki Menuju Lokasi Rafflesia Patma by Cita


Masuk ke dalam Kawasan Hutan Cipeucang by Cita


Foto-foto dan Rehat Sebentar di depan Kawasan Hutan Cipeucang by John


Karena pada hari kita kunjungan, bunganya belum mekar, maka, gambar bunga mekarnya gue insert di bawah dari website Sukabumi Update, ya.


Bunga Rafflesia Pama yang Telah Mekar di Kawasan Hutan Cipeucang by Sukabumi Update


Kang Asep menceritakan pada kita, bahwa sebetulnya ditemukan beberapa Rafflesia lain di kawasan hutan Cipeucang ini, tetapi karena satu dan lain kendala, tim peneliti belum bisa memastikan semuanya. Mari kita tunggu update-nya dari PAPSI, yaaa.


PULAU KUNTI


Papan Nama Pulau Kunti by Maulana


Destinasi wisata kita selanjutnya adalah Pulau Kunti. Lokasinya di  Desa Mandrajaya, Kecamatan Ciemas, Sukabumi. Eitsss, jangan takut dulu. Meskipun namanya Kunti, tapi tidak ada hubungannya dengan hantu rambut panjang itu, ya. Tau ga, sih, kenapa diberi nama Pulau Kunti? Menurut transmetro.id, pulau tersebut dinamakan Kunti karena adanya tawa kuntilanak. Hihihi. Tapi, suara tawa itu tidak setiap saat terdengar, melainkan hanya saat badai atau ketinggian air pasang gelombang di perairan mencapai 4 hingga 5 meter. Kemudian, gelombang yang menghantam deretan batuan lava di Pulau Kunti menghasilkan gema mirip kuntilanak tertawa. Jadi, suara ‘kuntilanak’ itu terbentuk secara alamiah. Begitulah asal-usul nama Pulau Kunti.


Pasir Putih Pulau Kunti by Ridho


Bebatuan Pulau Kunti by Ridho

Nah, sayangnya, pada saat perjalanan ke Pulau Kunti, di mobil, gue masuk angin, alias mabok darat. Huhuhu. Gue mual-mual, dan pucat. Terlebih ketika itu sedang puasa Ramadhan. Akhirnya, mau tidak mau, terpaksa puasa hari itu gue batalkan karena gue bener-bener gak kuat. Huhuhu. Sesampainya di kawasan parkir Pulau Kunti, gue nyari warung untuk beli air mineral dan makanan kecil untuk membatalkan puasa. Karena hal ini, gue jadi gabisa ikut masuk ke Pulau Kunti. Sungguh sangat amat disayangkan. Lucunya, Afifah, Nia, dan Joan juga ikut-ikutan tidak ikut masuk ke Pulau Kunti, padahal mereka bertiga sehat. Sungguh sangat disesalkan. Akhirnya, di dalam mobil gue minum air, minum tolak angin, dan makan cemilan yang baru dibeli. Joan juga sempat ngerokin gue. Huhuhu. Thank you, Joan. Setelah istirahat itu, Alhamdulillah gue membaik.


Dari cerita cowo-cowo yang masuk ke Pulau Kunti, mereka bilang bahwa Pulau Kunti indah banget. Pasirnya putih, dan airnya biru. Mereka juga sempat singgah di goa kecil yang ada di pinggir pulau. Goa tersebut bernama Goa Anti Jomblo. Ada mitos juga, lho di Goa itu yang sudah mengalir manjadi cerita turun temurun. Menurut transmetro.id, konon katanya, Goa ini bisa mempercepat dalam mendapatkan tambatan hati. Ahahaha.


Goa Anti Jomblo Pulau Kunti by Ridho


Pemandangan dari dalam Goa by Ridho


Oiya, di sana mereka juga menyewa perahu kecil untuk berkelilling pulau. Sayangnya, gue lupa berapa biaya sewanya ketika itu. Intinya, gue sangat amat menyesal karena gabisa ikut ke Pulau Kunti. Huhuhu.


Perahu-Perahu Kecil di Pulau Kunti Untuk Disewakan by Ridho


Pemandangan Pulau Knti, Ciletuh by Ridho


PANTAI PALANGPANG

Dari Pulau Kunti, kita semua lanjut ke Pantai Palangpang. Nah, seinget gue, Pantai Palangpang ini satu jalur dengan arah jalan balik dari Pulau Kunti. Jadinya, kita sekalian mampir ketika itu. Namun kita tidak turun untuk menikmati keindahan Pantai Palangpang, karena pada saat itu, Pantai Palangpang sedang terlihat kurang bersih. Pantainya kotor, dan lumayan banyak sampah berserakan. Terlebih ketika itu hawanya sedang panas sekali. Jadi, kita hanya berhenti, turun untuk ambil foto tulisan “GEOPARK CILETUH” sebentar, dan lanjut jalan lagi ke destinasi wisata selanjutnya.


Tulisan "Geopark Ciletuh" yang Menjadi Ikon di Pantai Palangpang by Ridho


Oiya, yang gue baca-baca dari internet, Pemdes Ciwaru mengadakan kegiatan bersih-bersih sampah di Pantai Palangpang. Semoga aja, sekarang Pantai Palangpang sudah berubah menjadi lebih indah dan lebih bersih, ya. Ini dia link beritanya (Dikotori Sampah, Pemdes Ciwaru Sukabumi Bakal Gelar Bersih-Bersih Pantai Palangpang)

 

CURUG CIMARINJUNG


Nahhh, ini dia nih yang gue tunggu-tunggu dari hari pertama kita di Ciletuh. Curug!!! Siapa, sih,  yang gak suka berwisata ke Curug? Apalagi Curug yang air terjunnya deras, pemandangannya indah. Cuci mata banget ga sih?  


So, Curug pertama yang kita datangi adalah Curug Cimarinjung. Curug Cimarinjung berlokasi di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, dan jaraknya tidak jauh dari Pantai Palangpang. Curug Cimarinjung memiliki ketinggian air terjun sekitar 50 meter dengan curahan airnya yang sangat deras. Saat kita sudah mulai masuk ke kawasan Kecamatan Ciemas yang dikelilingi pesawahan, Curug Cimarinjung sudah mulai terlihat dari jauh. 


Curug Cimarinjung Dilihat dari Jauh by Cita


Akses jalan menuju Curug Cimarinjung ketika itu cukup menantang, ya. Yang menggunakan mobil, harus banget pakai seat belt-nya, karena kondisi jalan yang masih belum mulus ini bisa bikin kalian terlempar-lempar ke sisi-sisi di dalam mobil. Namun, hal ini tidaklah seberapa dengan “bayaran” keindahan yang disajikan Curug Cimarinjung.


Kita semua turun di parkiran Curug Cimarinjung. Dari parkiran, kita masih harus berjalan kaki menyusuri jalan kurang lebih 100-150 meter hingga sampai di depan Curug Cimarinjung. Sepanjang jalan menuju Curug tersebut, kita juga dimanjakan dengan aliran air yang gue gak tau aliran air dari mana. Di situ, kita bisa rehat sejenak untuk duduk dan membasahi kaki kita dengan air mengalir tersebut. Wahhh seger banget. Selain itu juga ada warung kecil untuk yang mau makan mie rebus, ataupun ngeteh dan ngopi. Dan taraaa, sampailah kita di depan Curug Cimarinjung.


Gapura Masuk ke Curug Cimarinjung by Cita



Jalan Setapak Menuju Curug Cimarinjung dengan Aliran Air di Sisi Jalan by Ridho


Curug Cimarinjung dari Dekat by Cita


Biasa. Karena gue anak yang lumayan norak, dan ga biasa melihat keindahan alam, I was so amazed with the Curug Cimarinjung at that time. Air terjunnya mengalir sangat deras, dengan dikelilingi tebing-tebing batuan alami yang ditumbuhi dengan tumbuhan hijau, serta pohon-pohon kecil yang mengelilingi. Di dasar Curug juga terdapat dua bongkah batu yang sangat besar yang mengapit aliran air terjun Curug Cimarinjung. Ditambah dengan suara air terjun yang kencang namun menenangkan. Gue sempat “manjat” tebingnya untuk ambil gambar. Hehehe. Gak begitu seram, kok, yang penting harus hati-hati supaya tidak terpeleset.


Curug Cimarinjung Dikelilingi Tebing-Tebing Tinggi by Cita


Dua Bongkah Batu besar di depan Curug Cimarinjung by John


Potret Curug Cimarinjung dari bawah by John


Okay, gue rasa udah terlalu panjang ya tulisan kali ini. Gue kira cerita Ciletuh ini bisa gue habiskan hanya dengan 3 part aja, ternyata belum cukup, guys. Hehehe. Untuk menghindari kebosanan membaca, gue bakal terusin lagi ceritanya sampai di part 4. Please wait for the next story of us in Ciletuh, ya.


Jangan lupa baca part 1-nya di sini, dan part 2-nya di sini


Thank you so much buat yang sudah baca. Sehat selalu, bahagia selalu. Cheers^^

 



2 comments:

  1. Ditunggu part selanjutnyaa cita..
    Pasti masamasa ini yang dikangenin yaa.. 😢

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salah satu tokoh dalem cerita nih kwkwk. Ditunggu part 4 yaaa. Awas aja gak bacaaa wkwk

      Delete