lahstalon.org |
Akhir-akhir ini, di seluruh platform social media lagi ramai banget dengan
kasus yang tengah menimpa aktor “K”. Kenapa heboh banget sampai orang lokal
kitapun ikut berkomentar mengenai hal ini? Karena aktor tersebut memang sedang
ada di puncak karirnya. Karir ia sedang naik-naiknya, digandrungi para fans
wanita karena wajah rupawannya, setiap drama yang ia mainkan sukses disukai
banyak orang, variety shownya sedang
berjalan, iklannya di mana-mana bahkan sampai menyasar konsumen Indonesia
dengan produk skin care-nya.
Namun suatu hari, setelah drama terakhir yang ia perankan berakhir, dan dengan (bisa dibilang) kesuksesan drama tersebut berdasarkan banyaknya komentar positif dari para penonton, tiba-tiba seorang anonymous yang diketahui adalah mantan kekasih aktor “K” buka suara terkait hal-hal (yang diduga) buruk aktor “K” ketika mereka masih menjalin hubungan. Yang paling membuat orang-orang marah adalah pernyataan si anonymous bahwa aktor “K” memaksanya untuk melakukan aborsi janin hasil hubungan mereka berdua. Memang si anonymous tidak menyebutkan nama aktor “K” secara gamblang. Namun, dengan segala pernyataannya dalam pengakuan tersebut, semuanya mengarah ke aktor KSH. Awal-awalnya beberapa netizen dan penggemarnya KSH menepis bahwa yang sedang dibicarakan adalah KSH. Sampai 2 hari berikutnya, aktor KSH secara tidak langsung mengakui dan meminta maaf atas apa yang telah dilakukan berdasarkan pernyataan si anonymous lewat akun instagram pribadinya.
Dus! Seakan-akan seperti membalikkan
telapak tangan. Karir aktor “K” yang sedang berada di puncak ke-emasan seketika
terjun bebas ke dasar jurang. Karirnya hancur hanya dari pernyataan seorang anonymous terkait masa lalunya. Image-nya yang selama ini dibangun
sebagai “good boy” seketika menguap
tanpa bekas. Penggemarnya kemudian satu persatu mundur dari barisan. Bahkan netizen
yang sekedar menyukai drama-drama yang ia mainkan juga menjadi mual, dan ogah
meneruskan episod dramanya sampai habis. Sejak hari itu, dunia seakan mengutuk
(yang diduga) kelakuan KSH, terutama soal keputusannya untuk mengaborsi anaknya
sendiri. Dan sejak hari itu pula, Aktor “K” terkena cancel culture yang
menyeramkan.
Allkpop.com |
Apa itu cancel culture? Dikutip dari
laman lifestyle.kompas.com, menurut Lisa Nakamura, seorang Professor di
University of Michigan, Amerika Serikat, cancel culture adalah “boikot budaya”
terhadap selebrity, merek, perusahaan, atau konsep tertentu. Umumnya dilakukan
kepada pesohor yang tersandung skandal
atau isu akan perilakunya yang bermasalah. Kemudian, Mengutip
dari The Privater Theraphy Clinic, Merriam-Webster menyatakan bahwa "cancel", dalam
konteks ini, berarti "berhenti memberikan dukungan kepada [seorang]
orang". Dictionary.com, dalam kamus budaya popnya,
mendefinisikan cancel culture sebagai "menarik
dukungan untuk (yaitu 'membatalkan') tokoh publik dan perusahaan setelah mereka
melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap tidak menyenangkan atau
menyinggung."
Nah, di Korea Selatan, sebelum menimpa aktor “K”, sudah banyak banget selebritas yang terkena cancel culure akibat skandal yang mereka lakukan, baik di masa ketika ia sudah menjadi selebritas, ataupun terkait masa lalu mereka yang terbongkar. Sebut saja ex member grup AOA, Jimin yang terkena cancel culture akibat terbongkarnya kenyataan bahwa selama di AOA, ia selalu membully member lain yaitu Mina. Akibat terbongkarnya hal tersebut, para Kpopers dan penggemarnya dipenuhi kekecewaan. Ia terkena cancel culture, dibully oleh masyarakat, lalu hengkang dari grup AOA, dan kabarnya sekarang ia tinggal jauh dari kota Seoul, dan tidak pernah muncul lagi di industri hiburan Korea. Contoh lain adalah (bisa dibilang) skandal terbesar di Korea Selatan, yang menyeret anggota Grup Bigbang, Seungri. Ia terlibat kasus korupsi, obat-obatan terlarang, dan yang terheboh adalah skandal prostitusinya yang sangat dikecam oleh fans ataupun non-fans seluruh dunia. Sejak terbongkarnya skandal tersebut, Seungri memutuskan untuk mundur dari Industri hiburan Korea dan saat ini sedang menjalani masa hukumannya di penjara.
Lihatlah betapa kejamnya cancel culture di Negara ginseng
tersebut. Semua image baik yang
dibangun dari 0, semua kebaikannya di masa lalu, semua kesuksesan yang pernah
diraih, hancur lebur tak tersisa. Di satu sisi
mereka yang terkena skandal memang berhak mendapatkan cancel culture tersebut sebagai hukuman
sosial, namun di sisi lain, bukankah sebetulnya mereka berhak dimaafkan?
Dimaafkan bukan berarti bisa diterima lagi di industri hiburan, namun instropeksi
dan tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu adalah salah satu hal positif yang ditimbulkan
dari budaya ini.
Apa sih yang menyebabkan adanya cancel culture di Korea Selatan? Dikutip
dari cnnindonesia.com, menurut Kritikus budaya pop Kim Hern-sik, K-netz
masih sangat menjunjung tinggi nilai dan etika. Sehingga, standar moral dinilai
masih lebih tinggi daripada privasi individu sang artis. Lanjut dikatakan oleh Profesor
sosiologi di Universitas Kyung-hee, Song Jae-ryong, situasi tersebut yang
membuat para artis Korea menjadi "korban" harapan tinggi sebagian besar
masyarakat Korea. Oleh sebab itu, tokoh publik di Korea berisiko diboikot
apabila dianggap berperilaku berseberangan dengan masyarakat mayoritas.
gusdurian.net |
Cancel culture bukan hanya menjadi budaya
di Korea Selatan, lho. Negara Tiongkok juga melakukan hal yang sama terhadap
selebritasnya yag terkena skandal. Tapi, karena gue gak ngikutin artis-artis
Tiongkok, gue jadi kurang tau bagaimana penerapan cancel culture di sana, dan siapa aja selebritas yang terkena cancel culture. Sekarang pertanyaannya,
bagaimana kalau cancel culture atau
budaya boikot ini diterapkan di Indonesia? Hmmm.
Kita
semua tahu, sebagai masyarakat Indonesia, dari dulu sampai saat ini sudah
banyak sekali skandal-skandal yang bisa dibilang memalukan dan tidak patut
dicontoh oleh penonton. Lalu setelah itu bagaimana? Lihatlah, tanpa gue sebutin
satu persatu, banyak sekali pesohor yang setelah melakukan skandal, sampai saat
ini masih berlalu lalang di media sosialnya, bahkan ada pula yang kembali lagi
muncul di TV setelah menjalani masa hukuman penjara. Yang paling memalukan dan
membuat gue pribadi geram, bahkan membuat mayoritas masyarakat Indonesia geram
adalah glorifikasi yang sangat berlebihan ketika pesohor yang telah terbukti
melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur telah bebas dari
hukuman penjaranya. Ia diarak menggunakan kalung bunga seolah-olah adalah atlet
berprestasi yang baru memenangkan olimpiade, padahal ia adalah seorang predator
seksual. Dengan tanpa rasa malu ia melambai-lambaikan tangan ke kerumunan
orang-orang yang kala itu menyambutnya bebas. He is so sick! He is a predator! Doesn't he know that?! Dia seharusnya malu dan dengan
sadar diri mundur dari dunia hiburan ini. Namun nyatanya? Dia berlalu lalang di
TV sampai rakyat ramai-ramai melakukan aksi protes kepada pihak KPI dan stasiun
TV agar tidak menayangkan wajahnya. Bayangkan bagaimana apabila ia hidup di
Negara yang menerapkan cancel culture?
Dia gak akan berani menampilakn
wajahnya lagi seperti saat ini.
gulfnews.com |
Gue rasa,
Indonesia harus menerapkan cancel culture,
agar orang-orang berpikir untuk tidak melakukan hal yang buruk, agar
orang-orang belajar dari kesalahan orang lain, sehingga dunia hiburan di
Indonesia bebas dari skandal memalukan dan tak patut dicontoh.
Kayaknya segitu aja deh bahasan mengenai cancel culture. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian sedikit. Buat yang sudah baca, terima kasih. Cheers^^
No comments:
Post a Comment